Oleh : Siti Susanti, S.Pd. (Pengelola Mazelis Dzikir As-Sakinah)
Generasi muda adalah harapan kita, harapan keluarga, bahkan harapan masa depan bangsa. Maju mundurnya, ditentukan oleh kualitas pendidikannya di masa kini.
Menjadi keprihatinan kita bersama, potret buram pendidikan kita saat ini. Fenomena ayam kampus, tawuran, perundungan, tingginya angka pergaulan bebas di kalangan pelajar dan mahasiswa, hingga sugar baby, dan sederet kasus amoral lainnya, menjadi catatan buruk dalam output pendidikan kita.
Bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah, keberadaan swasta dalam mengadakan lembaga pendidikan. Misalnya, perguruan tinggi swasta (PTS) di Jawa Barat sekitar 400 PTS. Banyak PTS yang tidak sehat. Kualitas pendidikan di masing-masing PTS tersebut tidak merata alias timpang.
Ketimpangan kualitas pendidikan tinggi swasta di Jawa Barat tentu menjadi salah satu gambaran potret buram pendidikan secara umum di Indonesia.
Apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat patut mendapat apresiasi. Semisal program Satu Desa Satu Hafiz (Sadesha), Magrib Mengaji, adalah program -program untuk generasi muda agar bisa lebih baik lagi di masa depan.
Namun jika program yang dilakukan masih dalam basis sekulerisme, yakni agama hanya dimaknai sebatas ibadah ritual, dan nadir peran dalam kehidupan, tentu tidak akan optimal dalam memperbaiki generasi.
Realitas yang dirasakan bersama, kehidupan Kapitalistik saat ini lebih mengedepankan aspek materi. Ukuran keberhasilan secara finansial, acap kali menjadi pencapaian yang dikejar. Maka wajar, jika gambaran output pendidikannya adalah gambaran manusia-manusia yang kering akan nilai-nilai spiritual.
Di sisi lain, dalam sistem Kapitalisme, masyarakat dibiarkan untuk berjuang sendiri dalam mengarungi kehidupan, termasuk dalam aspek pendidikan. Realitas semakin mahalnya pendidikan, menjadikan pendidikan seolah milik mereka yang berduit. Padahal, pembiayaan pendidikan bukan perkara uang sedikit.
Adapun apa yang diupayakan swasta, atau upaya swastanisasi pendidikan tinggi negeri atas nama BHMN, hanya mengantarkan kepada kapitalisasi pendidikan.
Oleh karena itu, tentu diperlukan langkah yang mendasar dan struktural terkait penyiapan masa depan bagi peradaban.
Jika menilik kepada Islam, sebagai ajaran yang kafah(sempurna), seluruh aspek kehidupan dalam Islam mendasarkan kepada aqidah. Terkait pendidikan, Allah SWT dan RasulNya, mendorong ummatnya untuk belajar. Maka kaum muslimin akan terdorong untuk bersemangat dalam belajar. Allah SWT berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadalah:11)
Adapun berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Maka, bagi seorang muslim, mencari ilmu adalah tuntutan akidah. Dan secara sistemik, didapati bagaimana konsep pengaturan syariat Islam terkait pendidikan, diantaranya:
Pertama, Islam menjadikan akidah sebagai asas kehidupan, termasuk dalam ranah pendidikan.
Kedua, tujuan pendidikan adalah mencetak kepribadian Islam, yaitu output pelajar yang memiliki pola pikir Islami dan pola sikap yang Islami, disamping penguasaan sains dan teknologi.
Ketiga, penanggung jawab pendidikan adalah negara, sebagaimana hadits Nabi SAW,
“Imam(kepala negara) adalah ra’in(pengurus rakyat), dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas pengelolaannya”.
Pelaksanaan pendidikan adalah tanggung jawab negara, mulai dari asas,manajemen, hingga pembiayaannya.
Islam membolehkan swasta turut serta dalam kegiatan pendidikan, namun sifatnya adalah sukarela, bukan dalam rangka mendapatkan keuntungan materi, sehingga tidak dikapitalisasi. Dan penanggung jawab pendidikan tetap ada di pundak negara.
Kemajuan pendidikan Islam ini, bahkan telah terbukti menjadi rujukan peradaban lainnya, pada masa keemasan peradaban Islam. Hal tersebut antara lain disebutkan dalam buku berjudul What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization (London: Watkins Publishing, 2006), yang diterbitkan oleh Tim Wallace-Murphy (WM), yang memaparkan fakta tentang transfer ilmu pengetahuan dari Dunia Islam ke Dunia Barat pada Abad Pertengahan.
Cendekiawan Barat, diantaranya Montgomery Watt, juga mengungkapkan fakta yang luar biasa. Ia menyatakan, ”Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi “dinamo”-nya, Barat bukanlah apa-apa.”
Rahasia kegemilangan pendidikan Islam tentunya bukan hanya dari segi sistem pendidikannya saja, namun ditopang oleh sistem-sistem lain dalam Islam, semisal sistem ekonomi, sistem sanksi, sistem pergaulan, dan lainnya.
Dengan demikian, menyiapkan peradaban cemerlang di masa depan, tentu harus ditempuh dengan upaya serius dalam mendidik generasi sekarang. Dan Islam, secara normatif maupun empiris mampu mewujudkannya.