Bingkaiwarta, CIREBON – Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWS CimanCis) memperkenalkan dua metode inovatif untuk mempercepat penerapan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dalam pertanian hemat air.
Langkah ini bertujuan untuk menghadapi dampak perubahan iklim dan keterbatasan lahan pertanian, terutama di musim kemarau.
Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, menjelaskan bahwa budidaya pertanian harus beradaptasi dengan ketersediaan air yang ada agar lebih efisien.
“Tanaman padi bukan tanaman akuatik, sehingga tidak harus berlebihan dalam penggunaan air. Karena itu, kami merancang metode IPA untuk membantu petani menyesuaikan pola tanam dengan kebutuhan air yang lebih efisien,” ungkapnya dalam acara Open Mic pada Rabu (19/3/25).
Menurut Dwi Agus, ada dua metode utama yang bisa mempercepat penerapan IPA dalam pertanian.
Pertama, Modifikasi Alat yang Sudah Ada. Pemerintah telah memberikan banyak bantuan alat pertanian untuk itu BBWS CimanCis mencoba memodifikasi alat-alat tersebut agar lebih efisien.Biaya modifikasi hanya sekitar Rp5 juta.
Kedua, Pembuatan Alat Baru.Alat ini dirancang khusus sesuai dengan metode IPA menggunakan tenaga listrik dengan aki dan charger untuk lebih hemat energi. Biaya pembuatan alat baru diperkirakan sekitar Rp10 juta.
Dwi Agus menambahkan bahwa alat ini akan membantu petani pemilik lahan maupun petani penggarap agar lebih produktif dan sejahtera. Jika ada dukungan dari pemerintah, alat ini bisa dikembangkan lebih luas untuk kelompok tani penggarap.
“Salah satu keunggulan dari metode IPA ini adalah dapat menghemat biaya produksi hingga 40 persen. Dengan efisiensi yang lebih tinggi, petani bisa meningkatkan hasil panen tanpa harus menghabiskan banyak air dan energi,” jelasnya.
Dwi Agus Kuncoro berharap, BBWS CimanCis berharap inovasi ini dapat menjadi solusi bagi para petani di tengah tantangan perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya air. (ARL)














