Bingkaiwarta, INDRAMAYU – PT Polytama Propindo, salah satu produsen polipropilena terkemuka di Indonesia, terus memperkuat kiprahnya dalam pemberdayaan masyarakat Indramayu melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang berfokus pada sektor produktif. Komitmen tersebut diwujudkan lewat program unggulan, yakni Program Setara (Sinergi Kawan Inklusi) sebagai bentuk nyata kontribusi Polytama terhadap pembangunan berkelanjutan, ekonomi sirkular, serta pemberdayaan masyarakat secara inklusif.
Direktur Polytama, Dwinanto Kurniawan, menyampaikan, upaya pemberdayaan melalui TJSL, akan terus diperkuat dalam lima tahun ke depan, sejalan dengan MoU baru TJSL yang sudah ditandatangani bersama Pemerintah Kabupaten Indramayu, untuk menghadirkan dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat.
Program Setara lahir dari kesadaran Polytama bahwa pembangunan inklusif tidak hanya berbicara tentang memberi bantuan, melainkan membuka ruang setara bagi setiap individu untuk berkembang. Di tengah tantangan keterbatasan akses terhadap alat bantu dan peluang kerja bagi penyandang difabel, Polytama membawa solusi berbasis teknologi produk daur ulang dari hasil produksi yang ramah lingkungan dan berdampak ekonomi nyata.
Melalui daur ulang dari hasil produksi non-B3 fine polymer, Polytama menghadirkan inovasi berupa mesin Re-Fines (hot press) yang mampu mendaur ulang dari hasil produksi polipropilena menjadi lembaran bahan baku berkualitas. Dari hasil olahan ini, komunitas difabel dapat memproduksi alat bantu berupa kaki palsu, sekaligus membuka peluang usaha baru yang berkelanjutan.
Inovasi ini tidak hanya menjawab keterbatasan akses terhadap alat bantu yang selama ini masih bergantung pada bahan baku impor, tetapi juga menciptakan rantai ekonomi lokal yang produktif. Para difabel kini tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga bagian aktif dalam rantai produksi.
Dwinanto menegaskan, inisiatif ini merupakan bentuk nyata sinergi antara dunia industri, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Kolaborasi ini memungkinkan transfer teknologi dan peningkatan kapasitas peserta agar dapat mengembangkan inovasi sendiri di masa mendatang.
“Polytama percaya bahwa inklusi sosial bukan sekadar memberi bantuan, melainkan menciptakan kesempatan setara bagi semua untuk tumbuh bersama. Dukungan terhadap program pemberdayaan ini akan terus diperkuat agar masyarakat Indramayu semakin merasakan manfaat nyata dari kehadiran Polytama,” ujarnya.
Langkah Polytama ini mendapat sambutan positif dari komunitas difabel di Indramayu. Suprayitno, Ketua kelompok difabel Indramayu, mengaku merasakan perubahan besar setelah adanya program tersebut. “Dulu kami sering terkendala karena alat bantu sangat mahal dan sulit didapat. Sekarang kami bisa membuat sendiri, belajar, bahkan menjual hasil produksi kami. Ini bukan sekadar bantuan, tapi bentuk pengakuan bahwa kami setara,” ujarnya penuh haru.
Tidak hanya dari segi ekonomi, Program Setara juga menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat bersinergi di kalangan penyandang difabel. Suprayitno menceritakan, komunitasnya kini lebih optimistis menghadapi masa depan. “Sebelumnya kami sudah berupaya membuat alat bantu sendiri, tapi biaya bahan bakunya cukup tinggi. Lewat program ini, kami bisa memanfaatkan bahan yang disediakan Polytama, jadi produksi lebih mudah dan hasilnya lebih terjangkau. Sekarang kami bisa terus berkarya dan tetap mandiri” katanya.
Dwinanto menambahkan, bagi Polytama, keberhasilan program TJSL bukan hanya diukur dari jumlah penerima manfaat, tetapi dari seberapa jauh masyarakat mampu menjadi mandiri dan produktif. Pendekatan berbasis kolaborasi dan inovasi menjadi kunci dalam setiap inisiatif sosial yang dijalankan.
Program Setara menjadi bukti bahwa industri petrokimia dapat berperan aktif dalam membangun ekonomi sirkular dan inklusif. Dengan daur ulang dari hasil produksi yang ramah lingkungan menjadi sumber daya baru, Polytama memperlihatkan perjalanan bisnis juga mampu memberi dampak sosial luas dan nyata.
Selain itu, Polytama menempatkan nilai kesetaraan sebagai inti programnya. Nama “Setara” dipilih untuk
menggambarkan semangat bahwa setiap orang, tanpa kecuali, memiliki hak yang sama untuk berdaya. Prinsip inilah yang menjadikan program ini lebih dari sekadar bantuan, namun gerakan sosial menuju kemandirian bersama.
Dalam pelaksanaannya, Polytama memastikan program berjalan berkelanjutan dengan evaluasi rutin dan dukungan langsung bagi komunitas penerima manfaat. Pendampingan teknis, pelatihan kewirausahaan, hingga akses ke jaringan pemasaran menjadi bagian integral dari strategi TJSL perusahaan.
Dengan melibatkan masyarakat dalam rantai produksi yang berkelanjutan, perusahaan berkontribusi langsung pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama poin tentang pekerjaan layak, inovasi industri, dan pengurangan ketimpangan. Melalui program TJSL seperti Setara, Polytama menghadirkan pendekatan empati, inovatif, dan humanis. Semua diarahkan pada satu tujuan: menjadikan masyarakat Indramayu semakin tangguh dan mandiri. (ARL)
