Bingkaiwarta, BLITAR – Pelaksanaan Reforma Agraria di Desa Soso, Kabupaten Blitar, membawa perubahan yang mendalam tidak hanya pada status kepemilikan tanah, melainkan juga memantik kebangkitan generasi petani muda yang mandiri dan penuh ide. Setelah bertahun-tahun banyak pemuda setempat bekerja sebagai buruh harian di tambang pasir atau perkebunan, kini mereka kembali menggarap tanah hasil redistribusi dengan cara yang lebih inovatif dan berorientasi pada peningkatan ekonomi keluarga.
“Kalau dulu ya jadi buruh penambang pasir. Tapi sekarang, banyak yang bertahan jadi petani karena kalau ikut orang nambang itu cuma mengandalkan upah harian. Kalau bertani sendiri, hasilnya kita ambil sendiri. Pendapatan jadi lebih baik, peningkatannya sangat luar biasa,” ceritakan Aris Setiawan (37), salah satu petani muda Desa Soso, Senin (22/12/2025).
Pada tahun 2022, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) melalui Kantor Pertanahan Kabupaten Blitar menerbitkan sertipikat hasil redistribusi tanah seluas 83,85 hektare. Aris adalah salah satu dari 528 keluarga yang menerima Sertipikat Hak Milik dari program turunan Reforma Agraria ini.
Kembalinya pemuda ke sektor pertanian tidak hanya soal pendapatan, melainkan juga sebagai pembawa ide-ide segar. Menurut Aris, ada perbedaan jelas dengan pola tanam petani senior. “Kalau petani senior biasanya nanamnya cuma singkong sama jagung. Tapi, pemuda itu kreatif, nggak mau terpaku itu-itu saja. Maunya nanam yang lain juga, cabai, tembakau, apa saja yang hasilnya lebih,” ungkapnya.
Catur Edy (39), petani lain dari Desa Soso, menjadi contoh nyata inovasi pasca Reforma Agraria. Berangkat dari keinginannya membuat perbedaan, ia membangun greenhouse dan berhasil menanam melon – produk yang sebelumnya tidak pernah dibudidayakan oleh petani setempat. “Saya ingin yang beda. Tidak mau nanem yang itu-itu saja,” katanya.
Inovasi semacam ini membuktikan bahwa regenerasi petani tidak hanya menjaga keberlanjutan tanah, tetapi juga membuka peluang keberagaman produk dan peningkatan nilai jual. Dengan tanah kembali ke tangan rakyat, anak muda memiliki alasan kuat untuk menetap, mengolah, dan mengembangkan tanah mereka. Kreativitas yang mereka bawa menjadi energi baru bagi sektor pertanian di Desa Soso.
Bagi Catur, program Reforma Agraria memberikan fondasi yang kuat untuk keberlanjutan ekonomi keluarga. “Saya merasa program ini sangat bermanfaat dan berkelanjutan. Mata pencaharian meningkat, dan bisa terus berlanjut ke depan, ke generasi berikutnya,” ujarnya.
Ia juga berharap kelompok petani yang baru terbentuk, Kelompok Petani Soso Bintang Bersatu, dapat tumbuh lebih solid dan profesional. “Harapan kita supaya bisa berkembang lebih besar lagi, lebih solid antar petani muda dengan petani senior. Karena kelompok tani ini baru terbentuk, jadi masih perlu diperkuat dan terus bertumbuh,” pungkas Catur. (Abel/hms)














