Oleh: Euis Hasanah Ramainya
Pemberitaan toilet gender netral menjadi perbincangan hangat di media sosial. Berawal dari pernyataan podcast Daniel Mananta yang tayang di Youtube-nya pada 4 Juli 2023. Dengan beredarnya pemberitaan maka Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta Purwosusilo dan pihaknya tengah menelusuri kebenaran adanya toilet gender netral yang belakangan difasilitasi sekolah internasional di Jakarta (liputan6.com, 9/8/23).Adapun gender netral sendiri adalah suatu kondisi seseorang yang tidak ingin mengidentifikasi secara ekslusif sebagai laki-laki atau perempuan. Sedangkan negeri yang pertama kali memberlakukan toilet uniseks dan gender netral, yakni muncul di Cina sebelum 2013. Kemudian, toilet uniseks muncul di Shenyang dan Chengdu pada 2015. Setahun kemudian, yaitu pada 2016, toilet netral gender muncul di Sungai Zhangjiabin di Distrik Shanghai. Sejak itu, toilet gender netral mulai banyak bermunculan. Belum lama ini, sebuah kampanye diluncurkan untuk menjadikan semua toilet di Cina menjadi toilet gender netral, hal inipun diikuti oleh negeri yang lainnya dibelahan dunia (republika.co.id, 8/8/23).Perbincangan toilet gender netral sebenarnya tidak bisa terlepas untuk mengakomodasi kelompok LGBTQ+. Adapun perhatian global terhadap kelompok berlogo pelangi tersebut, tidak lepas pada sistem yang diterapkan pada saat ini. Karena setelah runtuhnya kekhilafahan Turki Usmani sejak tahun 1924, sistem aturan di dunia diganti oleh Barat dengan sistem sekularisme. Aturan sekularisme adalah sebuah sistem kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan dunia dan bernegara. Agama hanya memiliki peran mengatur urusan manusia dengan Tuhan-Nya, seperti solat, puasa, zakat dan haji. Akan tetapi urusan manusia dengan sesamanya, berupa muamalah dan uqubat diserahkan kepada akal manusia. Dalam sistem sekularisme salah satu pilar yang diagungkan adalah kebebasan, maka toilet gender netral menjadi wajar, dan bagian dari kebebasan berekpresi bagi kaum penyuka jenis. Dengan demikian hal ini menjadi kampanye dan salah satu bentuk upaya untuk penerimaan terhadap kaum pelangi secara global dari orang liberal. Orang-orang dari kalangan liberal meminta dukungan dengan atas nama hak asasi manusia (HAM), mereka terus berupaya LGBTQ+ supaya diterima dari berbagai kalangan.Pada saat ini sekularisme bukan hanya diadopsi oleh barat, akan tetapi setelah lenyapnya khilafah negeri-negeri muslim mengambil langkah yang sama seperti Barat, yakni menerapkan sistem sekuler, sekaligus ide liberal. Dalam pandangan sistem Sekulerisme kebebasan harus senantiasa disebarkan dimanapun tempatnya. Sama halnya gambaran tentang toilet gender netral menjadi salah satu agenda global untuk menancapkan ide liberal di Indonesia. Memang secara secara fakta, toilet gender netral dimasyarakat masih dipandang tabu dan bertentangan dengan agama. Sama halnya dengan pandangan negatif terhadap LGBTQ+. Dengan demikian, ide-ide tersebut berasal dari Barat maka sikap seorang muslim harus menolak. Secara fakta LGBTQ+ merupakan penyimpangan seksual yang menyebabkan rusaknya moral masyarakat dan mendatangkan laknat Allah. Dari segi kesehatan LGBTQ+ paling beresiko terpapar virus HIV.Ide liberal berupa LGBTQ+ dan toilet gender netral, bagi siapa saja yang mempropagandakan pemahaman tersebut adalah bentuk kemaksiatan. Sedangkan segala sesuatu yang mendatangkan kemaksiatan tidak cukup ditolak, tapi harus ada tindakan sanksi tegas. karena sistem sekularisme tidak memiliki seperangkat aturan yang menindak penyuka lawan jenis dan pemahaman sejenisnya. Maka harus ada sistem alternatif yang bisa menuntaskan masalah LGBTQ+ mulai dari akarnya. Ternyata Islam bisa memecahkan permasalahan terkait hal ini.Islam adalah agama paripurna yang diturunkan Allah Swt, mengatur urusan manusi dengan Tuhan-Nya seperti solat, puasa, zakat dan haji. Islam mengatur urusan manusia dengan dirinya sendiri, yakni seperti pakaian, makanan dan akhlak.
Sedangkan perkara hubungan manusia dengan sesamanya, Islam mengatur tentang muamalah dan sanksi. Dalam aturan Islam toilet gender netral merupakan bagian dari berinteraksi antara manusia dengan manusia, dan kehidupannya di ruang publik. Tetapi di kehidupan umum dalam penanganan toilet seharusnya sesuai gender, yakni toilet laki-laki dan perempuan terpisah. Sebagaimana Islam pernah berada dalam kejayaan, yaitu di kota Cordova terdapat 900 pemandian umum yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan toilet gender netral merupakan program dari LGBTQ+, maka ide seperti ini harus ditolak. LGBTQ+ merupakan perbuatan liwath serta termasuk dosa besar yang harus dihindari bagi setiap muslim. Sebagaimana dalam firman Allah Swt: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas” (TQS. al-Syu’ara:165-166).Sedangkan dalam syariat Islam, pelaku liwath akan diberikan sanksi yang tegas dan sebagai penggugur dosa ketika di akhirat kelak. Yakni dengan dijatuhkan dari tempat ketinggian seperti gedung tinggi, hal ini akan memberikan efek jera bagi pelaku dan tidak mengundang orang lain untuk melakukan kejahatan yang sama. Dalam Islam sebelum hal ini terjadi, negara akan menjaga setiap individu untuk bertakwa kepada Allah Swt. Masing-masing aktivitas untuk senantiasa terikat dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Serta masyarakat saling mengingatkan diantara sesama ketika terjadi kemaksiatan. Dan begitupun pemerintah dalam aturan Islam senantiasa menutup tayangan yang memiliki celah terhadap pintu kemaksiatan.Adapun pemerintah dalam Islam, senantiasa akan mencegah ide atau faham yang akan merusak ketakwaan umat kepada Allah. Yaitu dengan membentengi rakyat dengan akidah. Begitupun dengan negara tidak memberikan celah sedikitpun kepada negara pengemban sistem kufur untuk mentransfer ide rusaknya di tengah-tengah masyarakat yang menerapkan aturan Islam. Walhasil dengan penjagaan ketat seperti ini, maka umat akan terhindar dari LGBTQ+.Wallahua’lam Bishawab.