banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
Berita  

Berbagai Barang Peninggalan Eyang Hasan Maolani Dipamerkan, Bupati Dian : Sebagai Pengingat dan Bentuk Penghormatan

 

Bingkaiwarta, GARAWANGI – Dalam rangka Halal Bihalal dan Saresehan Nasional, Paguyuban Keluarga Besar KH Eyang Hasan Maolani menggelar Pameran berbagai barang bersejarah peninggalan KH Eyang Hasan Maolani, di Rumah Keramat Eyang Hasan Maolani, Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, Kamis (3/4/2025).

banner 728x250

Barang-barang peninggalan yang dipamerkan di rumah Keramat KH. Eyang Hasan Maolani meliputi sorban, batu untuk Ngaruru, tongkat, rambut, sendal bakiak, mushaf Al-Qur’an dan lainnya. Benda-benda ini diyakini memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi keluarga dan masyarakat yang menghormati beliau.

Bupati Kuningan, Dr. Dian Rachmat Yanuar, saat berada di atas Rumah Adat tersebut, mengatakan, kegiatan ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting bagi masyarakat.

“Halal Bihalal dan Sarasehan nasional keluarga besar KH. Eyang Hasan Maolani yang diisi dengan pameran barang sejarah menjadi pengingat akan perjuangan beliau dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Semoga warisan beliau bisa terus dijaga dan menginspirasi generasi kita dan mendatang,” ungkap Bupati Dian.

Menurutnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan juga mengusulkan KH Eyang Hasan Maolani sebagai pahlawan nasional atas kontribusinya dalam perjuangan bangsa. “Selain itu, kami juga tengah memproses perubahan nama Jalan Lingkar Utara dari Tugu Ikan Sampora hingga Tugu Sajati menjadi Jalan Eyang Hasan Maolani sebagai bentuk penghormatan,” ujarnya.

Ia menambahkan, upaya pelestarian benda-benda bersejarah terus dilakukan. Pemkab Kuningan berencana menjadikan kawasan rumah peninggalan beliau sebagai situs edukasi sejarah dan wisata religi.

Ketua Paguyuban Keluarga Besar KH Eyang Hasan Maolani, KH Iing Sihabudin, mengadakan acara ini bertujuan mempererat silaturahmi bersama keluarga besar baik secara biologis maupun ideologis untuk menggali lebih dalam nilai-nilai kepribadian dan kepahlawanan KH Eyang Hasan Maolani.

“Paguyuban ini telah berdiri selama sembilan bulan dan terus berupaya memperkuat struktur organisasi. Kami juga mendorong penataan Rumah Adat/Keramat agar dapat difungsikan sebagai museum guna menyimpan benda pusaka peninggalan KH Eyang Hasan Maolani yang kini masih tersebar di berbagai rumah ahli waris,” jelasnya.

Dikisahkan dalam buku Mengenang Sang Kyai Sedjati Eyang Maolani karya Abu Abdullah Hadziq, Eyang Maolani atau Eyang Hasan Maolani, Eyang Manado adalah ulama besar asal Lengkong yang dibuang Belanda ke Manado (tepatnya kampung jawa Tondano Sulawesi Utara) pasca-Perang Diponegoro pada pertengahan abad ke-19. Ia dikenal sebagai tokoh yang disegani dan memiliki pengaruh besar. Ia telah menunjukan konsistensinya sebagai anak bangsa yang anti penjajah dan pantang berkhianat kepada rakyatnya.

Selain dikenal sebagai ulama, Eyang Maolani memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Dikisahkan, beliau tidak pernah makan kenyang selama hidupnya dan sering bertafakur di Goa Bojong Lengkong sambil mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, Muhammadun Rasulullah. Ia juga menjalani tirakat dengan mengurangi makan, minum, dan tidur demi mengamalkan pepatah Sunda, Lamun hayang boga perah kudu daek peurih. (Abel)


banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan