Bingkaiwarta, CIREBON – Capital Market Summit dan Expo (CMSE) 2025 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta resmi dibuka, Jumat (17/10/2025). Kegiatan ini diisi dengan seminar, podcast, talkshow dan yang lainnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK RI Inarno Djajadi mengatakan, bahwa pasar modal bukan hanya milik korporasi besar, tetapi merupakan ruang ekonomi bersama bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Pasar modal menjadi wadah partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam mendorong kemajuan ekonomi nasional,” ujar Inarno.
Masih kata Inarno, pasar modal kini menjadi panggung ekonomi rakyat, di mana setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
OJK mencatat 161 pernyataan efektif emisi efek telah diterbitkan, dengan total penghimpunan dana mencapai Rp189,6 triliun.
Sementara itu, alternatif pendanaan melalui securities crowdfunding (SCF) terus tumbuh signifikan, menghimpun Rp1,72 triliun dari 912 penerbit, mayoritas berasal dari pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Dari sisi investor, jumlah Single Investor Identification (SID) telah mencapai hampir 19 juta per 15 Oktober 2025. Angka ini mendekati target roadmap OJK 2023–2027 sebesar 20 juta investor.
“Persentase kepemilikan investor domestik juga telah mendekati 68,78% dari target 70%. Ini menandakan kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal semakin kuat,” jelasnya.
Meski capaian tersebut menggembirakan, Inarno menegaskan pentingnya menjaga integritas pasar dan perlindungan investor sebagai fondasi utama pertumbuhan yang berkelanjutan.
“OJK memandang perlindungan konsumen dan integritas pasar sebagai hal fundamental yang harus dijaga oleh seluruh pelaku pasar,” tegasnya.
Sebagai tindak lanjut dari arahan Menteri Keuangan, OJK berkomitmen memperkuat fungsi pengawasan, deteksi dini transaksi tidak wajar, serta mempererat sinergi dengan Self-Regulatory Organization (SRO) dan aparat penegak hukum untuk menegakkan disiplin pasar dan mencegah praktik spekulatif.
Inarno juga mengingatkan masyarakat agar berinvestasi secara bijak dengan memahami risiko, bukan sekadar mengejar keuntungan jangka pendek. (ARL)
