Bingkaiwarta, KUNINGAN – Community Development (Comdev) Universitas Prasetiya Mulya adalah salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang dirancang untuk membantu masyarakat setempat mengembangkan potensi dan memecahkan masalah sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
Melalui program ini, mahasiswa secara langsung terlibat dalam proses pemberdayaan komunitas dengan pendekatan berbasis solusi yang aplikatif, inovatif, dan berkelanjutan. Comdev Universitas Prasetiya Mulya bukan hanya sekadar kegiatan belajar di luar kampus, tetapi juga sebuah pengalaman untuk mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam perkuliahan.
Pada kesempatan kali ini, sekelompok mahasiswa yang terdiri dari Benedictus Prasetya Soegiopranoto, Caroline Candra, Eric Reynard Hartanto, Gabrielle Marcelino Prayoga, Humaira Nurilazmi Kurniawan, Jessica Setiawan, Tito Timothy Arikunto, dan Wyne Aurelia Halim, berkesempatan untuk membantu pengembangan industri kopi di Kuningan.
Sebagai salah satu produk unggulan daerah, kopi Kuningan memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi komoditas berdaya saing tinggi di pasar nasional maupun internasional. Menyadari potensi ini, sekelompok mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya melalui program Community Development (Comdev) mengambil peran strategis untuk mendukung penguatan branding kopi Kuningan.
“Berbagai langkah kami rancang untuk mendorong pengakuan atas keunikan kopi ini, meningkatkan akses pasar, dan membangun kapasitas pelaku usaha kopi di daerah tersebut,” ujar Caroline Candra kepada bingkaiwarta.co.id, Jumat (13/12/2024).
Ia menjelaskan, salah satu fokus utama yang dituju oleh kelompok mahasiswa Prasetiya Mulya ini adalah pengurusan Indikasi Geografis (IG) untuk kopi Kuningan. Menurutnya, IG menjadi landasan hukum yang penting untuk melindungi otentisitas produk sekaligus memberikan jaminan kualitas kepada konsumen.
“Dengan status IG, kopi Kuningan akan mendapatkan pengakuan atas keterkaitannya dengan faktor geografis khas daerah tersebut. Langkah ini tidak hanya melindungi kopi Kuningan dari ancaman pemalsuan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai produk premium yang mampu bersaing di pasar yang lebih luas,” jelas Caroline didampingi rekan rekannya.
Selain itu, lanjutnya, mahasiswa juga melakukan pendataan kelompok tani kopi di Kuningan, termasuk mencatat hasil panen dan luas lahan yang dikelola. Data ini menjadi basis penting untuk memahami potensi produksi dan mengidentifikasi kebutuhan para petani.
“Informasi yang terkumpul akan digunakan untuk merancang strategi pengembangan yang lebih terarah, seperti pelatihan teknis, pemberian akses teknologi, atau dukungan alat produksi. Pendekatan berbasis data ini memastikan bahwa pengembangan kopi Kuningan dilakukan secara berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan lapangan,” kata Eric menambahkan.
Dalam rangka meningkatkan pemasaran kopi Kuningan, kelompok mahasiswa juga merancang kanal e-commerce untuk mendukung anggota Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) di Kuningan. Platform ini dirancang untuk menampilkan dokumentasi produk kopi yang terstandarisasi dengan baik, mulai dari deskripsi produk hingga kemasan yang menarik. E-commerce ini tidak hanya memudahkan akses konsumen terhadap produk kopi Kuningan yang otentik, tetapi juga membuka peluang bagi petani dan pelaku usaha untuk memperluas pasar mereka.
“Sebagai bagian dari upaya jangka panjang, program ini juga akan mengadakan workshop untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha kopi di Kuningan tentang pentingnya standarisasi produksi yang berkualitas. Workshop ini akan mencakup pelatihan tentang proses pasca panen, pengemasan yang sesuai standar pasar, dan strategi pemasaran efektif. Harapannya, pelaku usaha kopi dapat menghasilkan produk yang unggul tidak hanya dari segi rasa tetapi juga dari sisi presentasi dan kualitas,” papar Tito.
Dengan serangkaian langkah strategis ini, program Comdev yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya diharapkan dapat membawa kopi Kuningan ke level yang lebih tinggi.
“Sinergi antara penguatan legalitas, pengelolaan data, inovasi pemasaran, dan peningkatan kapasitas pelaku usaha menjadi kunci untuk menjadikan kopi Kuningan sebagai simbol kebanggaan daerah sekaligus komoditas unggulan yang mendunia,” pungkasnya. (Abel)