Bingkaiwarta, LEBAKWANGI – Desa Mancagar, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, meluncurkan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertajuk “Pengelolaan Limbah Rumah Tangga sebagai Bentuk Pencegahan Diare pada Anak dan Berdampak terhadap Nilai Ekonomi Masyarakat”, Senin (1/9/2025).
Program ini digagas untuk menjawab persoalan tingginya limbah organik rumah tangga yang mencapai sekitar 525 kilogram per hari, sekaligus menekan angka kasus diare pada anak. Data Puskesmas mencatat, setidaknya ada 36 kasus diare balita per tahun, atau 15,6 kasus per 1.000 anak di Desa Mancagar.
Sekretaris Desa Mancagar, Nana, yang mewakili Kepala Desa, menyambut baik kegiatan ini.
“Pengolahan limbah rumah tangga merupakan solusi strategis. Selain mengurangi pencemaran, juga bisa menekan kasus diare pada anak yang masih tinggi di wilayah kami,” ujarnya.
Ketua Tim PkM, Ragel Trisudarmo, M.Kom, menyampaikan apresiasi atas antusiasme warga yang begitu tinggi dalam kegiatan peluncuran program.
“Sinyal positif ini membuat kami optimis. Program tidak hanya memberi dampak kesehatan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” katanya.
Kegiatan ini menghadirkan berbagai elemen, mulai dari ibu-ibu PKK, kader kesehatan, hingga dosen lintas perguruan tinggi.
• Dwi Lestari Anugerahwati, S.ST., M.KM dari Politeknik KMC memberikan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
• Nurul Siti Jahidah, M.E dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uniku memberikan pelatihan manajemen usaha, keuangan, dan strategi pemasaran digital.
Dengan pendekatan ini, warga tidak hanya diajarkan mengolah limbah menjadi produk bernilai, seperti lilin aromaterapi, sabun, pupuk organik, dan kompos, tetapi juga dibekali cara memasarkan produk melalui media sosial dan marketplace.
Menurut Ragel, program ini sejalan dengan tiga pilar utama pembangunan nasional ASTA CITA:
1. Peningkatan kualitas hidup (Pilar 3) dengan menurunkan kasus diare anak.
2. Pembangunan berkelanjutan (Pilar 5) melalui penerapan ekonomi sirkular.
3. Penguatan ekonomi kerakyatan (Pilar 7) lewat usaha mikro berbasis pengolahan limbah.
Selain edukasi, warga juga mengikuti workshop pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun dan lilin, serta budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) untuk mengolah sisa makanan. Maggot nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara kasgot (kompos maggot) digunakan sebagai pupuk organik.
Produk hasil olahan dikemas higienis, dipasarkan oleh kelompok warga seperti kader PKK dan Karang Taruna. Dengan begitu, Desa Mancagar diharapkan mampu menciptakan lingkungan bersih sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga.
“Sinergi antara edukasi kesehatan dan penguatan ekonomi masyarakat ini diharapkan memberi dampak ganda: menurunkan risiko penyakit sekaligus menumbuhkan usaha mikro,” tutur Ragel.
Di akhir kegiatan, Ragel menegaskan bahwa program ini menjadi contoh nyata kolaborasi perguruan tinggi dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan desa berkelanjutan berbasis potensi lokal. (Abel)
