Deretan berita tentang pemuda selalu menghiasi layar gadget kita. Dari mulai yang positif hingga negatif. Nahasnya, berita negatif semakin kesini makin bertambah dan selalu membuat kita mengelus dada. Beberapa contoh tersebut bisa kita indera dari kejadian terbaru seperti siswa SMKN 2 Pangkep dipukuli depan sekolah, pelajar ditangkap polisi saat hendak tawuran di Serpong, pelajar begal sopir truk di penjaringan dan aniaya lansia, pelajar tewas ditusuk gara gara cemburu, serta berita lainnya yang tak pernah absen mampir di beranda kita.
Sungguh menyedihkan kabar generasi kita hari ini. Kehidupan sekuler telah menciptakan berbagai kemaksiatan dan kerusakan, seperti fakta fakta diatas tadi. Generasi hari ini cenderung lemah dalam mengendalikan dirinya ketika menghadapi masalah serta diliputi kecemasan dan ketakutan.
Sistem kehidupan sekuler yang telah memisahkan agama dari kehidupan telah gagal membentuk kepribadian Islam. Output pendidikan sekuler lebih mengedepankan kemampuan akademik dan skill, sehingga terciptalah generasi yang tidak tahu jati diri sebagai Muslim. Mereka tidak paham bagaimana harusnya berfikir dan bertindak sesuai misi penciptaan.
Selain itu tidak adanya lingkungan sosial yang mendukung pembentukan kepribadian generasi karena sama sama terbawa arus kehidupan sekuler. Kondisi ini diperparah dengan hadirnya media yang bebas kontrol dan memuat berbagai pemikiran yang merusak generasi.
Ditengah dukanya generasi hari ini, kita harus segera mencari alternatif solusi agar permasalahan ini tidak berlarut larut. Bisa dibayangkan jika ini terus dibiarkan, akan seperti apa nasib masa depan bangsa ini.
Islam telah memberikan teladan terbaik dalam mencetak generasi. Ia mampu menciptakan keseimbangan yang kondusif antara kehidupan keluarga, lingkungan, dan bahkan hingga level pemerintahan.
Dalam level keluarga, Islam telah memberikan amanah kepada orang tua tentang pengasuhan dan pendidikan anak. Orang tua berkewajiban untuk menanamkan aqidah dan mencontohkan akhlak yang baik. Ibu sebagai madrasah pertama anak akan fokus membersamai anaknya dan ayah yang dimudahkan dalam mencari nafkah bisa lebih hadir dalam keluarga. Ibu dan ayah saling bekerjasama melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan untuk mendidik anak anak mereka.
Dalam level lingkungan masyarakat, masyarakat yang terfahamkan dengan Islam akan saling bekerjasama mendidik generasi meskipun itu bukan anak mereka. Mereka tidak segan untuk mengajak pada kebaikan dan mengingatkan generasi jika ada kesalahan.
Dan dalam level pemerintahan, negara yang memiliki peran besar menciptakan kondisi yang kondusif dalam hal pendidikan dan media. Kurikulum pendidikan dirancang berlandaskan aqidah Islam yang akan melahirkan generasi berakhlak mulia dan berprestasi tinggi. Sehingga lulusan lulusan sekolah siap mengabdikan ilmunya secara jujur untuk ummat. Peran media pun akan sangat diawasi, konten konten yang merusak akal seperti pornografi dan lainnya jelas dihapuskan karena hal tersebut haram. Juga dengan konten konten lainnya yang berefek negatif akan dihapuskan. Negara tidak akan berfokus pada pendapatan yang akan dihasilkan dari media, justru media harus dijadikan alat yang semakin memudahkan proses pembentukan kepribadian Islam.
Dengan semua level yang kondusif tadi, tidak aneh jika pada masa Islam diterapkan selama kurang lebih 14 abad dulu mampu menciptakan generasi emas. Di usia yang masih muda, Islam mampu menciptakan ilmuwan polymath seperti Al Khawarizmi, Al Jabar, Al Haytham, Maryam Al Astorlabe dan lainnya. Di usia belasan tahun, Islam mampu menghasilkan panglima perang seperti Usamah bin Zaid. Dan di usia yang masih anak anak Islam mampu menghasilkan ulama seperti Imam Syafi’i, meski masih sangat muda beliau sudah bisa mengeluarkan fatwa.
Rasanya hal ini sulit sekali kita temui di hari ini. Di usia yang sudah belasan sedang sibuk apa generasi kita hari ini? Sementara waktu itu, di usia yang sama Islam telah mampu mencetak generasi yang matang meski usianya masih belasan.
Sudah saatnya kita selamatkan generasi kita dengan Islam, sudah saatnya kita kembali kepada aturan yang menciptakan kita semua. Hanya Allah yang Tahu mana yang terbaik untuk kita, sehingga ketika kita mengikuti aturan Nya maka akan terciptalah keberkahan termasuk generasi emas yang sukses dunia akhirat.
Ditulis Oleh : Elis Irma Ratnasari (Pemerhati Generasi, Aktivitas Muslimah)














