Bingkaiwarta, KUNINGAN – Mundurnya Ketua Umum KONI Kabupaten Kuningan periode 2023–2027 sebelum masa jabatannya berakhir menimbulkan pertanyaan besar di kalangan insan olahraga. Pasalnya, pengunduran diri ini terjadi di tengah waktu yang krusial—yakni menjelang Babak Kualifikasi (BK) Porprov XIV Jawa Barat 2026, yang diperkirakan akan mulai digelar pada Juli hingga Desember 2025.
Situasi ini semakin kompleks dengan adanya mutasi atlet peraih medali emas Porprov sebelumnya ke daerah lain, yang turut mengancam potensi kekuatan Kuningan dalam menghadapi pesta olahraga empat tahunan tingkat provinsi tersebut.
Kondisi ini pun mendapat sorotan tajam dari salah satu tokoh olahraga Kuningan, Kang Mukhlis Aminuddin atau akrab disapa A Ami. Ia dikenal luas di kalangan olahraga karena rekam jejaknya yang solid—pernah menjabat Sekretaris Umum IPSI Kuningan (2015–2019), pengurus KONI Kuningan bidang litbang (2019–2023), pengurus provinsi IPSI Jawa Barat (2018–2022), serta Ketua Umum Bima Suci (2020–2024).
Menyikapi situasi ini, Ami menilai bahwa pelaksanaan Musyawarah Olahraga Kabupaten (Musorkab) Luar Biasa KONI Kuningan yang dikabarkan akan segera digelar, harus menjadi momentum besar untuk melakukan konsolidasi menyeluruh.
“Ibarat nasi sudah menjadi bubur, maka hari kemarin jangan jadi batu sandungan untuk terus maju ke depan,” ujar Ami kepada bingkaiwarta.co.id, Senin (16/6/2025).
Menurutnya, apabila seluruh stakeholder olahraga—termasuk pemerintah daerah, pengurus cabang olahraga (cabor), dan pemilik hak suara—masih memiliki mimpi besar menjaga nama baik Kuningan di level provinsi, maka langkah awal harus dimulai dari pra-Musorkab Luar Biasa dengan keberanian dan keseriusan penuh.
Ami juga menegaskan bahwa jabatan Ketua Umum KONI tidak boleh dipandang sebagai posisi politis atau ajang balas budi pasca kemenangan politik.
“KONI bukan tempat penitipan orang. Pemegang hak suara harus cermat, detail, dan paham betul komitmen calon ketua. Ini soal pengorbanan dan pengabdian demi kebangkitan prestasi olahraga Kuningan di Porprov 2026,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa Ketua KONI bukan hanya hadir di acara seremonial dan tampil di media. Lebih dari itu, Ketua KONI harus punya visi kuat dalam membangun sistem pembinaan atlet yang terencana, sistematis, dan berkelanjutan.
Proses pembinaan atlet, kata Ami, membutuhkan perencanaan matang dan pendanaan besar. Maka pemimpin KONI yang baru nanti harus memahami bahwa tanggung jawabnya adalah mengangkat nama baik Kuningan di panggung olahraga Jawa Barat, bukan sekadar mengelola acara atau membagi anggaran.
“Porprov bukan ajang gagah-gagahan. Tapi medan kompetisi yang membutuhkan kerja sistem, kerja tim, dan kepemimpinan yang siap total,” pungkasnya.
Musorkab Luar Biasa yang akan datang dipandang sebagai batu loncatan penting untuk membentuk kembali KONI yang lebih solid, profesional, dan fokus pada prestasi. Tantangannya besar, tapi peluang untuk bangkit tetap terbuka—selama semua pihak mau menanggalkan ego dan berpikir untuk kepentingan bersama. (Abel)
