Penulis : Fadlan Miftahul Huda Ketua KSK (Kelompok Study Konservasi) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan
Kabupaten Kuningan, yang dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan sumber daya hayatinya, berada di persimpangan antara pembangunan dan konservasi lingkungan. Sebagaimana diungkapkan dalam berita yang dikeluarkan oleh Bappeda Jabar, pemerintah daerah telah menyatakan komitmennya melalui deklarasi sebagai Kabupaten Konservasi.
Namun, meskipun Kuningan telah berkomitmen untuk menjadi Kabupaten Konservasi, masih banyak tantangan dan kasus nyata yang menunjukkan bahwa konsep konservasi belum sepenuhnya terealisasi. Kasus kerusakan hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai akibat penebangan liar dan alih fungsi lahan menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap kegiatan ilegal. Selain itu, masalah pengelolaan sampah dan limbah yang buruk menyebabkan pencemaran pada sungai-sungai di beberapa daerah, yang juga berdampak pada kualitas air dan kesehatan masyarakat.
Krisis air bersih juga semakin parah akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh penambangan tidak teratur dan penebangan hutan, mengurangi kapasitas resapan air tanah. Keadaan ini mencerminkan perlunya tindakan lebih serius dalam menjaga dan melestarikan lingkungan dan hutan di wilayah Kabupaten Kuningan.
Konservasi bukan hanya sekedar jargon, bukan sekadar melestarikan keindahan alam, tetapi juga mencakup pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana. Dalam konteks Kabupaten Kuningan, konservasi memiliki arti penting yang lebih luas, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem yang berfungsi untuk mendukung kehidupan masyarakat. Konservasi membantu memastikan bahwa sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Ini penting untuk mendukung kehidupan masyarakat yang bergantung pada hasil hutan dan sumber daya alam lainnya.
Ditambah, Kabupaten Kuningan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Melestarikan keanekaragaman flora dan fauna, ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekosistem dan menyediakan layanan ekosistem yang vital bagi kehidupan manusia.
Menjelang kontestasi pemilihan bupati Kuningan, harapan masyarakat terhadap calon pemimpin yang baru semakin meningkat. Kami Kelompok Studi Konservasi (KSK) yang juga bergerak dibidang konservasi berharap agar setiap calon bupati tidak hanya memiliki visi yang baik, tetapi juga mampu mewujudkannya dalam tindakan nyata. Kami mengharapkan adanya konsistensi dalam kebijakan yang pro-konservasi, bukan hanya sekedar retorika.
Pemerintah daerah selanjutnya juga harus mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan mereka melalui program-program yang dapat diakses, berupa ruang edukasi konservasi yang lebih maksimal, masuk kepada kurikulum pembelajaran sekolah, pengembangan kapasitas pada kelompok anak muda dan masyarakat, pemerataan bank sampah dan TPS 3R di tiap desa .
Selain itu, perlunya ketegasan akan dokumen-dokumen izin lingkungan. Tempat-tempat wisata atau kuliner tidak boleh mengganggu daerah-daerah resapan air. Keberlanjutan ekowisata, jangan sampai hanya menyentuh keberlanjutan ekonomi saja. Ekowisata yang digalakkan jangan hanya menjual view saja, tapi juga menjaga lanskap ekosistem tetap lestari.
Kabupaten Kuningan memiliki potensi besar dalam upaya konservasi lingkungan, namun tantangan yang ada harus dihadapi dengan tindakan nyata. Kami berharap setiap calon bupati dapat mengedepankan konsep konservasi yang sesuai dengan peraturan yang ada dan memberikan solusi yang jelas untuk masalah-masalah yang dihadapi. Dengan komitmen dan tindakan yang tepat, Kabupaten Kuningan dapat menjadi contoh nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.