Bingkaiwarta, KUNINGAN — Sumur Jangkung, situs keramat di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tengah diperjuangkan untuk direvitalisasi. Kondisi sumur yang dulunya menjadi sumber harapan dan spiritual masyarakat kini memprihatinkan, memantik kepedulian Peltu Edi Rosadi, Babinsa Desa Ancaran, untuk menggagas upaya renovasi.
Sumur Jangkung dikenal sebagai sumber air yang tak pernah surut, meski musim kemarau panjang melanda. Lebih dari sekadar mata air, tempat ini merupakan warisan budaya yang sarat nilai sejarah, menjadi bagian penting dalam tradisi masyarakat lokal, termasuk etnis Tionghoa yang telah lama bermukim di Kampung Pachinan.
“Sumur Jangkung bukan sekadar air—ia adalah warisan yang menghidupi, baik secara fisik maupun spiritual. Kami ingin warga merasa bangga dan nyaman datang ke tempat ini, baik untuk berdoa, berobat, atau sekadar mengenang jejak karuhun,” ujar Peltu Edi Rosadi kepada bingkaiwarta.co id, Selasa (13/5/2025).
Menurut Edi, renovasi yang direncanakan tidak hanya bertujuan memperindah situs secara fisik, melainkan juga sebagai upaya pelestarian sejarah dan budaya. Terlebih, menjelang perayaan Imlek, banyak warga keturunan Tionghoa dari Kuningan maupun luar daerah yang datang memanfaatkan air berkah Sumur Jangkung untuk keperluan upacara keagamaan.
Sumur Jangkung juga memiliki kaitan erat dengan sejarah Klenteng Ancaran, yang dahulu berdiri tak jauh dari lokasi sumur. Meski kini klenteng tersebut hanya tersisa tugu penanda, Sumur Jangkung tetap menjadi simbol pertemuan budaya Sunda dan Tionghoa di wilayah Kuningan.
Langkah yang diambil Peltu Edi mendapat apresiasi dari masyarakat dan tokoh adat setempat. Mereka menilai inisiatif ini sebagai wujud nyata dari kepedulian prajurit TNI, yang tidak hanya bertugas menjaga keamanan, tetapi juga merawat jejak peradaban leluhur.
“Melalui renovasi ini, kami berharap Sumur Jangkung kembali menjadi ruang suci yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan. Ini adalah bentuk nyata pengabdian prajurit kepada masyarakat dan leluhur,” kata Edi.
Upaya pelestarian ini diharapkan menjadi pemantik kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga warisan budaya di tengah arus modernisasi. Renovasi Sumur Jangkung menjadi langkah kecil namun bermakna besar dalam menjaga identitas dan kearifan lokal Kuningan. (Abel)
 


 
 
 
 
 
 
 
							
 
 











