Bingkaiwarta, CIREBON – Sungai Suba yang mengalir di Kota Cirebon memiliki sejarah panjang dan nilai budaya yang cukup kuat. Dahulu, sungai ini dikenal sebagai Sungai Kesunean karena muaranya bermuara di kawasan Kesunean, Kota Cirebon. Sumber airnya berasal langsung dari puncak Gunung Ciremai.
Sekretaris Jenderal Forum Lingkungan Hidup dan Budaya Nuswantara sekaligus Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali Nuswantara, Prabu Diaz, mengungkapkan bahwa pada masa lalu Sungai Suba memiliki peran penting bagi masyarakat.
“Dulu, saat masih ada Kerajaan Indraprasta, Gunung Ciremai disebut Indra Kila, sebuah tempat suci. Airnya bening sekali dan digunakan untuk ritual masyarakat. Biasanya untuk bebersih badan menjelang puasa Ramadhan atau saat Rebo Wekasan di bulan Safar. Air dari Ciremai dipercaya sebagai air suci yang bisa membersihkan lahir batin,” ujar Prabu Diaz, Senin (1/9/2025).
Ia menambahkan, sekitar 15 hingga 20 tahun lalu, Sungai Suba bahkan dikenal sebagai sungai keramat. Warga percaya sungai ini memiliki kekuatan tolak bala. Saat itu, sungainya masih jernih, bisa digunakan mandi, bermain anak-anak, hingga wisata dengan perahu.
Namun kini kondisi Sungai Suba sangat berbeda. Seiring perkembangan kota, aliran sungai tercemar limbah rumah tangga, industri, hingga rumah sakit. Air yang dulunya jernih kini berubah menjadi hitam, berbau, bahkan menyebabkan gatal jika terkena kulit.
“Sekarang Sungai Suba sudah dangkal, tidak lagi bisa digunakan masyarakat untuk kegiatan sehari-hari. Justru jadi salah satu penyebab banjir di Kota Cirebon,” tutur Prabu Diaz.
Kerusakan Sungai Suba menjadi perhatian serius berbagai pihak, termasuk pegiat lingkungan, karena hilangnya fungsi ekologis dan budaya yang dulu melekat pada sungai tersebut. (ARL)
