BINGKAIWARTA, JAKARTA – PT Polytama Propindo, produsen resin polipropilena (PP resin) terkemuka di Indonesia, berkomitmen untuk terus menghadirkan aspek keberlanjutan dalam setiap operasional perusahaan. Salah satu inovasi keberlanjutan yang sudah berjalan yaitu program Bahan Plastik Jadi Paving atau “Batik Javing”.
Nama tersebut menggambarkan semangat untuk menghadirkan sesuatu yang bermanfaat dari hal sederhana. Limbah plastik yang selama ini dianggap masalah, diolah menjadi paving yang dapat digunakan untuk membangun jalan akses dan ruang terbuka hijau. Jalan-jalan kecil di lingkungan masyarakat kini lebih layak, lebih kokoh, dan memberi rasa bangga bahwa sesuatu yang dibuang ternyata bisa kembali berguna.
Berkat inovasi Batik Javing, Polytama meraih penghargaan tertinggi kategori Platinum Winner dalam ajang Environmental and Social Innovation Awards (ENSIA) 2025 yang diselenggarakan oleh PT SUCOFINDO. Ajang ini mengusung tema “Inovasi untuk Harmoni Sosial-Ekonomi dan Ekologi”, sebagai bentuk apresiasi terhadap dunia usaha yang mampu menghadirkan solusi nyata dalam menjawab tantangan lingkungan dan sosial di Indonesia.
Direktur Polytama, Dwinanto Kurniawan, menyampaikan bahwa penghargaan ini adalah dorongan moral bagi perusahaan untuk terus menempatkan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sebagai inti dari bisnis.
“Kami percaya, bisnis yang tumbuh harus berjalan selaras dengan alam dan memberi manfaat bagi komunitas sekitar,” ujarnya.
Dalam ajang yang sama, Polytama juga meraih tiga penghargaan kategori Silver Winner untuk program inovasi lainnya. Pertama, inovasi efisiensi air dengan program Pemanfaatan Air Buangan Domestik untuk Penyiraman Area Hijau yang berhasil menurunkan dampak water footprint. Air yang biasanya terbuang kini membantu menjaga pepohonan dan tanaman tetap tumbuh subur. Lingkungan kerja menjadi lebih asri, udara lebih sejuk, dan masyarakat sekitar ikut merasakan manfaatnya.
Penghargaan kedua di kategori Silver Winner diperoleh lewat program keanekaragaman
hayati RERAMUT (Replika Ekosistem Rawa Gelam sebagai Metode Konservasi pada Hutan Kayu Putih). Kawasan ini bukan hanya melestarikan flora dan fauna, tetapi juga menjadi tempat belajar bagi anak-anak sekolah. Mereka bisa melihat langsung jenis rusa langka yang dikembangbiakkan, memahami ekosistem rawa, dan menumbuhkan rasa cinta pada alam sejak dini.
Penghargaan ketiga Silver Winner diraih melalui inovasi penurunan emisi lewat Modifikasi Sistem Power Critical dengan Rotary Engine. Inovasi teknologi ini berhasil menekan emisi gas rumah kaca, sekaligus menunjukkan bahwa kemajuan industri bisa berjalan seiring dengan kepedulian terhadap bumi. Keterkaitan program Polytama dengan visi pemerintah melalui Asta Cita juga terlihat jelas.
Mulai dari inovasi Batik Javing, RERAMUT, hingga efisiensi energi, semuanya sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dan transformasi menuju ekonomi hijau.
Di luar penghargaan itu, Polytama juga rutin menjalankan program pendidikan lingkungan SEHATI (Sekolah Hijau, Sehat, dan Bersih). Anak-anak sekolah dasar di Indramayu diajak belajar langsung tentang cara mengelola sampah, memahami ekosistem, dan mempraktikkan gaya hidup ramah lingkungan. Dari ruang kelas sederhana, lahirlah generasi yang lebih peduli pada bumi.
Kontribusi Polytama terhadap penguatan ekonomi kerakyatan juga terwujud melalui
penggunaan biodigester di UMKM kuliner. Limbah makanan diolah menjadi energi alternatif, sehingga mendukung produktivitas usaha sekaligus mengurangi pencemaran. Langkah ini sejalan dengan Asta Cita dalam memperkuat ekonomi berbasis komunitas serta mendorong kemandirian energi.
Kisah nyata manfaat juga hadir dari warga sekitar. Tasim, salah satu warga Indramayu,
menuturkan bahwa sejak hadirnya ekosistem Rawa Gelam di Taman Kehati, lingkungannya
menjadi lebih hijau dan udara lebih sejuk.
“Lahan yang dulu terbengkalai sekarang jadi tempat yang bermanfaat, bukan hanya untuk lingkungan, tapi juga untuk kami belajar,” katanya.
Senada dengan itu, Stefanus, penjaga rusa di kawasan tersebut, merasa bangga bisa ikut
terlibat dalam program konservasi.
“Banyak anak sekolah datang, mereka belajar langsung tentang satwa dan alam. Itu kebahagiaan tersendiri bagi saya, bisa membagikan pengetahuan untuk generasi muda,” tuturnya.
Ke depan, Polytama bertekad memperluas jangkauan program keberlanjutan dengan
menggandeng pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal. Harapannya, langkah-langkah kecil yang sudah berjalan bisa menjadi gerakan bersama menuju Indonesia yang lebih hijau dan berdaya.
“Bagi kami, penghargaan ENSIA 2025 bukan sekadar simbol, tetapi amanah untuk terus berinovasi demi lingkungan, masyarakat, dan generasi yang akan datang,” pungkas Dwinanto. (ARL)
