banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250

Perlindungan Untuk Si Buah Hati

Oleh : Heni

“Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama daripada (pendidikan) tata krama yang baik (HR.At-Tirmidzi dan Al-Hakim)

banner 728x250

Anak-anak idealnya dididik agar menjadi generasi penerus yang handal dan mumpuni demi kelangsungan kehidupan masyarakat pada masa mendatang. Namun, melihat potret buram dunia anak saat ini, tampaknya harapan itu sulit terpenuhi.
Bagaimana tidak, anak-anak kita saat ini hidup di tengah-tengah kondisi yang jauh dari kata ideal bagi tumbuh kembang fisik dan mentalnya, gaya hidup sekuler telah mengelilingi mereka bahkan menggilas mereka.

Seperti kejadian yang membuat hati kita miris dan lunglai, yang menimpa siswi TK di Mojokerto, Jawa Timur. Yang diperkosa tiga anak SD berumur delapan tahun Liputan 6.com (20/1/2023)

Sudah sangat rusak kah generasi saat ini?

Kejadian ini terjadi bukan saja karena sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak sulit diatur, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi dan teknologi digitalisasi yang memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
Terlebih pesatnya transformasi digital yang ada tidak dibarengi dengan literasi digital termasuk pada anak. Apalagi saat digitalisasi saat ini diarahkan untuk meraih keuntungan yang lebih besar, berbagai konten pun bebas berkeliaran, tidak memikirkan imbas yang ditimbulkan dari konten tersebut pada anak.

Potret keluarga ideal dalam sistem kapitalis ini sulit untuk terwujud, ini dikarenakan tingginya biaya hidup menjadikan orang tua sibuk mencari nafkah, tidak ketinggalan para ibu juga ikut bekerja untuk menambal keuangan keluarga. Ini semua menjadikan berkurangnya bahkan tidak ada sama sekali pengawasan terhadap anak.

Ditambah kondisi masyarakat dalam sistem Kapitalis yang individualis yang tidak peduli dengan keadaan sekitar, menjadikan berkurangnya pengontrolan terhadap anak.

Diperparah dalam sistem Kapitalis perlindungan negara tidak ada, karena negara berfungsi sebagai regulator saja.
Negara tidak boleh mengekang kebebasan rakyat, makanya tidak heran akan banyak konten yang tidak senonoh yang akan mudah ditiru oleh anak.

Pada saat transformasi digitalisasi dengan berbagai konten marak dan tidak dapat dibendung, mengalir seperti air bah, orang tua dituntut memiliki kepekaan dan pemahaman yang benar agar mampu memberikan informasi dalam porsi tertentu yang justeru tidak membuat anak semakin bingung atau penasaran.

Selain itu orang tua juga perlu menanamkan pendidikan seks dalam perspektif islam, diantaranya:
Pertama,  selalu menanamkan rasa malu pada anak.
Rasa malu harus ditanamkan pada anak sejak dini. Jangan dibiasakan anak-anak bertelanjang di depan orang lain dan biasakan anak-anak belajar menutup aurat sejak dini.
Kedua, menanamkan maskulinitas pada anak laki-laki dan feminitas pada anak perempuan, karena Rosulullah Saw melaknat laki-laki yang berlagak wanita, dan wanita yang berlagak meniru laki-laki (HR.bukhari)
Ketiga, memisahkan tempat tidur mereka
Mulai umur tujuh tahun anak mulai dicoba untuk dipisahkan tidurnya dari orang tuanya, dan juga dipisahkan tidurnya dari saudara yang sama jenis kelamin ataupun beda jenis kelamin.
Keempat,  mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam tiga waktu)
Tiga, waktu yang dimana anak harus meminta izin terlebih dahulu ketika memasuki kamar orang dewasa, yaitu sebelum sholat subuh, tengah hari, dan setelah sholat isya, yakni waktu dimana aurat orang dewasa banyak terbuka, QS Al-Ahzab: 13
Kelima, mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.
Selain mengajarkan kebersihan dan kesehatan sekaligus mengajarkan anak tentang najis.
Keenam, mengenalkan mahramnya.
Ini adalah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi, karena islam sangat tegas mengharamkan incest atau pernikahan antar saudara kandung atau mahramnya.
Ketujuh, mendidik agar selalu menjaga pandangan mata.
Fitrahnya manusia adalah tertarik dengan lawan jenis, tetapi jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justeru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri.
Kedelapan, mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilat.
Yaitu bercampur baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan oleh syari’at.
Kesembilan, mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.
Yaitu berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan di tempat yang tersembunyi.
Kesepuluh, mendidik etika berhias secara Islami, karena ketika berhias tidak diatur secara islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan dosa.
Kesebelas, sampaikan tentang ihtilam dan haid.
Ihtilam adalah tanda anak laki-laki yang sudah memasuki usia baligh dan haid adalah tanda baligh yang dialami oleh perempuan.

Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya belumlah cukup untuk melindungi anak dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Anak juga membutuhkan perlindungan dari masyarakat sekaligus sebagai pengontrol segala sesuatu yang terjadi pada anak, termasuk perbuatan yang menyimpang pada anak.

Yang terakhir anak butuh perlindungan dari negara, karena negaralah yang mempunyai andil besar dalam melindungi anak, karena anak adalah generasi penerus masa depan, dan anak pada masa depan adalah aset sumber daya manusia yang sangat berharga serta menentukan jatuh bangunnya sebuah bangsa. Negara juga yang mempunyai kekuatan besar yang mampu melindungi anak-anak dimana pun dia berada.

Ketiga unsur ini harus bersinergi dalam menuntaskan permasalahan yang menimpa anak. Agar supaya permasalahan yang menimpa anak ini tuntas dan tidak selalu berulang. Dan ini akan terwujud ketika diterapkannya sistem Islam kaffah.


banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!