Bingkaiwarta, CIGANDAMEKAR – Transformasi sektor pertanian bukan hanya soal alat dan teknologi, melainkan tentang manusia sebagai motor penggerak perubahan. Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, saat menjadi narasumber dalam Pelatihan Literasi dan Digitalisasi Keuangan bagi UMKM Regenerasi Petani, yang digelar Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat, Selasa (17/6/2025) di Gedung PLUT Kuningan, Kecamatan Cigandamekar.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya mendorong lahirnya generasi petani muda yang tak hanya andal di lapangan, tetapi juga piawai memanfaatkan teknologi digital dalam membangun usaha tani yang berdaya saing.
“Pagi tadi kami serahkan alsintan kepada kelompok tani. Nantinya, petani mudalah yang akan mengoperasikan alat ini. Bukan hanya soal mesin, tapi soal bagaimana anak muda menjadi penggerak utama sektor pertanian ke depan,” ujar Wahyu.
Kepada peserta yang mayoritas petani muda binaan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jabar, Wahyu mendorong mereka untuk melihat pertanian sebagai peluang wirausaha strategis di tengah sempitnya lapangan kerja formal.
“Digitalisasi ekonomi membuka peluang besar. Dengan wirausaha, kita bisa menciptakan solusi lokal atas persoalan lokal—dari menyerap tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah hasil panen, hingga memperkuat kemandirian pangan,” jelasnya.
Wahyu menegaskan bahwa kunci sukses dalam usaha tani tak hanya ditentukan oleh aspek teknis, tapi juga oleh ketahanan mental dan semangat juang.
“80 persen sukses bisnis itu soal psikologi, bukan cuma teknis. Kegagalan itu pelajaran. Kesulitan itu peluang. Dalam wirausaha, ada tiga dorongan utama: untuk berprestasi, untuk memengaruhi, dan untuk diterima,” ungkapnya.
Pelatihan ini menjadi ruang strategis untuk memperkuat kapasitas petani muda dalam hal Literasi keuangan, Pemanfaatan teknologi digital, dan Akses jejaring pasar
Semua aspek tersebut menyatu dalam program pemberdayaan berkelanjutan yang tak hanya menyasar peningkatan produksi, tapi juga penguatan sisi manajerial dan kewirausahaan.
“Petani modern bukan hanya tahu cara menanam, tapi juga tahu cara menjual dan mengembangkan usahanya,” pungkas Wahyu. (Abel)
