banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250

Bonti Cinema SMKN I Luragung Raih 2 Medali di Ajang FLS2N Tahun 2022

Bingkaiwarta, LURAGUNG – Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Jenjang SMK Tahun 2022 merupakan ajang talenta bagi peserta didik SMK di seluruh Indonesia untuk
menunjukkan minat dan bakatnya di Bidang Seni. Kegiatan di bidang seni merupakan media
pengungkapan hati dan ekspresi beragam rasa, karsa, naluri, dan pikiran yang bermuara pada
penumbuhan nilai-nilai estetika manusia. Proses kreatif dan daya cipta dalam berkesenian
mengungkap kesatupaduan inovasi, ungkapan rasa, emosi yang sangat dalam tentang eksistensi dan esensi kehidupan. Penyelenggaraan FLS2N diharapkan mampu menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi untuk mendukung industri kreatif di Indonesia.

Untuk kesekian kalinya SMKN 1 Luragung kembali mencatatkan sejarah di dunia film
pelajar nasional. Setelah pada tahun 2018 meraih medali Superior Tingkat Nasional di Banda Aceh, kemudian tahun 2019 tertahan hanya sampai juara 2 Tingkat Provinsi Jawa Barat serta tahun 2020 dan 2021 puasa gelar, akhirnya tahun ini SMKN 1 Luragung melalui
ekstrakurikuler Bonti Cinema dengan meraih medali perak untuk Film Kategori Dokumenter dengan judul “Pangriksa Raksa” dan medali perunggu untuk Film Kategori Fiksi dengan judul “Sri” dalam Festival dan Lomba Siswa Tingkat Nasional ( FLS2N ) jenjang SMK tahun 2022 yang diselenggarakan secara daring oleh Kemendikbud Ristek melalui Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), Jumat (16/9/2022).

banner 728x250

“Dengan semangat Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat, Berprestasi Lebih Hebat,
ajang talenta FLS2N dapat meningkatkan bakat dan prestasi peserta didik di tingkat nasional
dan terus berkarya serta berinovasi untuk melestarikan, memajukan seni dan budaya bangsa Indonesia hingga ke tingkat internasional,” jelas Kepala BPTI sekaligus Plt. Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbud Ristek Asep Sukmayadi.

Ia berharap FLS2N dapat melejitkan talenta peserta didik di bidang seni dan budaya dengan menggali kearifan lokal untuk menciptakan karya seni mendunia.

Dalam laporannya, Asep menjelaskan FLS2N tahun ini diikuti sebanyak 1.660 peserta
meliputi jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Sekolah Luar
Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB).

Film pendek fiksi yang disutradarai oleh Muhammad Fikri Nuryasin dan ditulis oleh
Anggi Amara berjudul “Sri” yang berhasil meraih medali perunggu menceritakan tentang
seorang Kepala Desa Kaasih bernama Kohar (50) didatangi oleh investor Indra (40) yang
ingin menawarkan sejumlah uang agar sawah kabuyutan di desanya dijual untuk dijadikan
perumahan. Di film ini Sri Pohaci Larasati atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Sri
atau Dewi Padi, adalah sebuah simbol untuk merepresentasikan sawah yang menjadi awal dari ketakutan dan kegelisahan orang orang desa karena akan kehilangan mata pencahariannya jika sawah yang mereka garap dijadikan perumahan, Sri juga takut jika orang orang tidak lagi mempedulikan sawah yang merupakan mata pencaharian utama di desa tersebut.

“Sebelumnya tidak menyangka bisa meraih medali perunggu. Ini merupakan hasil yang
harus dikembangkan lagi dengan cara meng-upgrade skill “ ujar Anggi Amara penulis skenario film Sri yang didampingi sutradara Muhamad Fikri Nuryasin yang berharap generasi
mendatang bisa mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

Sementara itu, sutradara film “Pangriksa Raksa” Reno Pratama Riqqullah menjelaskan,
bahwa kata “pangriksa” yang berarti merawat dan “raksa” berarti penjaga dalam bahasa
sansekerta jika disatukan berarti ‘merawat sang penjaga’. Film ini menceritakan sebuah batu
yang sangat besar berukuran kurang lebih 7 hektare berlokasi di Dusun Banjaran Desa Jabranti, Kecamatan Karangkancana, Kabupaten Kuningan.

Berawal yang diyakini sebagai penyeimbang
alam di kawasan tersebut, dengan tema, yaitu “Memuliakan Kearifan Lokal Menembus Dunia” di film ini penulis cerita Dian Kurniawan mengangkat papatah karuhun yang menjadi inti cerita yaitu “gunung kayuan, gawir awian, legok balongan” artinya yaitu gunung tanami pohon, tebing tanami bambu, cekungan jadikan kolam. Pesan inti dari film ini yaitu bahwa kita harus merawat penjaga kita yaitu alam, sebab alam sebagai ciptaan Tuhan selalu menjaga keseimbangan hidup mahluk-mahluk-Nya.

Sama halnya dengan Anggi Amara dan M. Fikri Nuryasin, Sutradara film Pangriksa
Raksa Reno Pratama Riqullah juga tidak menyangka hasilnya bisa sejauh ini.

“Waktu diumumkan film “Sri” hanya dapat perunggu, saya merasa tidak ada harapan
lagi untuk film Pangriksa Raksa. Karena saya pikir tidak mungkin satu sekolah bisa menang
dua-duanya. Tapi alhamdulillah dapat juara. Ekspektasi yang rendah malah membuat saya
merasa jauh emosional ketika tahu film ini meraih medali perak. Saya mengucapkan
terimakasih kepada seluruh crew FLS2N Dokumenter SMKN 1 Luragung, pembimbing kami Bapak Ahmad Rois Affandi yang tanpa lelah mendidik dan mengarahkan kami selama
produksi. Juga tidak lupa untuk Pak Ustadz Kukun Sukmana dan Pak Lurah Dusun Jabranti
yang sudah memberikan fasilitas selama kami syuting disana,” ungkap Reno.

Menanggapi prestasi ini, Kepala SMKN 1 Luragung Yayan Supyan, M.Pd.I
mengucapkan selamat kepada para pemenang yang sudah berjuang di tingkat nasional. Ia
berharap, semoga menjadi motivasi untuk melanjutkan budaya prestasi di Jawa Barat. (Abel)


banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!