banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
Berita  

Gen Z Problem: Islam Is The Only Solution

 

Oleh: Putri Efhira Farhatunnisa (Pegiat Literasi di Majalengka)

banner 728x250

Gen Z banyak diperbincangkan masyarakat, pasalnya terdapat karakter kurang baik pada diri mereka dan cenderung menonjol. Contohnya generasi ini dikenal dengan generasi yang kurang menghormati orangtua, kurang empati, juga tidak mau bekerja keras alias menyukai sesuatu yang instan. Selain itu bahkan gen z ini dilabeli strawberry generation karena mudah tersinggung atau baperan dan kadang terlalu membesarkan masalah, merasa dirinya paling menderita.

Latar Belakang

Hal tersebut ternyata disebabkan oleh pola asuh yang salah. Pola asuh seperti ini lahir dari orang tua di atas generasi Gen Z (Generasi Boomers, X, & Y) yang hidup dengan penuh perjuangan. Letak kesalahannya adalah bahwa orang tua tidak memberikan yang anak butuhkan, namun memberikan apa yang dulu tidak ia dapatkan.

Orang tua ini jadi over caring dan tidak membuat anak menikmati proses belajar karena setiap masalah yang dihadapi oleh anak akan selalu diselesaikan tanpa melibatkan mereka dalam proses penyelesaiannya. Alhasil anak menjadi manusia yang tidak bisa survive ditengah arus kehidupan, semua serba orang tua.

Kepedulian berlebih juga menjadikan orang tua terlalu berlebihan dalam memfasilitasi anak, alasannya untuk mempermudah dan tidak ingin sang anak merasakan kesusahan seperti dirinya. Orang tua juga berpikir bahwa selama ia memberi fasilitas yang baik, itu sudah cukup untuk tumbuh kembangnya. Karena ia pikir itu adalah bentuk kasih sayang terhadap anaknya.

Tidak Memenuhi yang Dibutuhkan

Orang tua sibuk bekerja agar bisa memfasilitasi anak, padahal sejatinya anak membutuhkan kehadiran orang tua dalam tumbuh kembangnya. Orang tua lupa bahwa yang bisa menunjang kebutuhan anak tidak hanya materi dan privilege, namun juga keberadaan dan kasih sayang dari orang tua.

Sang anak memerlukan orang tua dalam membersamai hari-hari yang dia lewati. Perlu ada komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, juga perlu ada arahan dan bimbingan. Di samping itu seharusnya orang tua juga membiarkan anak melewati proses belajar yang tentu di dalamnya ada yang namanya kegagalan.

Perlunya Proses Belajar

Orang tua perlu menyadari bahwa gagal dalam belajar itu tidak apa-apa, justru dari kegagalan tersebut sang anak bisa lebih baik ke depannya. Anak juga perlu merasakan berjuang untuk mendapatkan sesuatu, agar ia lebih bisa menghargai sebuah hasil. Karena di dunia ini tidak ada sesuatu hal yang berharga, bagus, dan istimewa yang dihasilkan secara instan.

Sebuah mutiara yang indah dan bernilai harganya pun adalah hasil dari proses yang sulit yang dialami kerang. Untuk menghasilkan keindahan itu, kerang harus menahan rasa sakit ketika pasir laut masuk ke tubuhnya, ia balut setiap pasir itu dengan cairan yang ada dalam tubuhnya. Hasil dari proses yang luar biasa itu adalah keindahan yang bernilai.

Begitupula manusia, setiap masalah bisa membentuk kita menjadi lebih bernilai jika kita melakukan hal yang benar dalam menyikapinya. Maka jika ingin membuat putra-putri kita bernilai, biarkan ia melewati setiap proses kehidupan, kita hanya perlu mengarahkan dengan bekal ilmu dan pengalaman yang kita miliki.

Hal-Hal yang Harus Orang Tua Lakukan

Maka dari itu, setiap orang tua harus melakukan beberapa hal, yaitu meluangkan waktu untuk berbincang bersama sang anak. Dari percakapan tersebut bisa terjadi pengungkapan harapan, pertukaran pikiran atau pandangan, bahkan dari situ kita akan lebih mengenal putra-putri kita. Sehingga dengan memahami karakter anak, orang tua akan mengetahui langkah apa yang perlu diambil ketika behadapan dengan mereka.

Selain quality time tadi, orang tua juga tidak bisa bersikap ‘sok tau’ karena yang dihadapi orang tua dengan anak tentu berbeda. Karena zaman yang berbeda akan melahirkan masalah yang berbeda pula. Maka ketika menghadapi masalah anak, pahami dulu dengan objektif dan cari solusi yang bisa diterapkan di masa kini tanpa justifikasi, membandingkan atau adu nasib.

Dalam menghadapi dan mengarahkan, orang tua juga perlu untuk senantiasa upgrade ilmu. Perlu untuk terus mengkaji ilmu tanpa merasa cukup, perlu terus belajar dan belajar. Apalagi karakter dan sifat setiap anak itu berbeda. Terlebih lagi Gen Z sebagai digital native yang kebanjiran informasi, sehingga bisa menjawab apa yang dikatakan oleh orang tua. Generasi ini akan menjadi manusia yang kritis, berbeda dengan zaman orang tua yang serba manut.

Bagaimana mungkin orang tua bisa memberikan yang baik untuk anaknya tanpa memiliki ilmu? Maka modal untuk menjadi orang tua tidak cukup hanya dengan mapan, namun harus memiliki ilmu dan kasih sayang.

Islam Sebagai Problem Solving

Sebagai seorang muslim tentu harus senantiasa memastikan bahwa solusi dari setiap masalah yang dihadapi berasal dari Islam. Segala masalah Gen Z yang selalu ramai diperbincangkan, sejatinya ada solusinya dalam Islam. Singkatnya jika Islam diterapkan dalam kehidupan, maka masalah kesehatan mental yang melanda generasi muda ini akan dapat ditanggulangi dengan benar.

Iman yang kuat terhadap Allah, malaikat, kitab-kitabNya, para utusan Allah, hari kiamat, dan qadla dan qadar akan menjadi pondasi kuat untuk menumbuhkan seorang anak yang shalih bahkan mushlih. Ketika seseorang menginstal Islam untuk diterapkan dalam dirinya, maka akan selesai sebagian masalah generasi ini.

Hubungan yang baik dengan Allah sang pencipta sangat perlu diperhatikan. Karena iman tak sekadar percaya Allah sebagai Al Khaliq namun juga sebagai Al Mudabbir (Maha Pengatur). Pondasi iman yang kuat akan memudahkan manusia untuk taat pada syari’at (aturan) Allah. Aturan Allah yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Parenting untuk menanamkan keimanan ini ada dalam QS. Lukman: 13 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Termasuk bagaimana cara bersikap kepada orang lain. Seperti sikap menghormati, tidak merendahkan, dan lain sebagainya terdapat dalam Islam. Lalu remaja yang di dalamnya sudah terdapat Islam, tidak akan meratapi kekurangan yang dia miliki. No privilege is privilege. Setiap orang bisa membangun privilege-nya sendiri dengan terus memperbaiki diri dan banyak belajar.

Islam juga mengajarkan bahwa iman dan takwa juga merupakan sebuah privilege. Dan yang perlu kita renungkan bukan apa yang tidak kita miliki, namun apa yang bisa kita lakukan agar kita menjadi pribadi yang unggul. Tidak memikirkan yang bukan pada ranah kita adalah implementasi dari iman terhadap qadla dan qadar. Tentunya harus memastikan semuanya sesuai dengan Islam, bahwa yang kita kejar adalah ridla Allah.

Seorang manusia juga perlu memahami kaidah kausalitas. Sebagai seorang muslim, kita bisa meneladani Rasulullah SAW. Contohnya ketika beliau berperang, tidak mentang-mentang kekasih Allah lalu tidak berusaha memikirkan strategi karena merasa akan Allah menangkan. Karena di dunia ini terdapat kaidah kausalitas, maka beliau berusaha memikirkan strategi untuk mengalahkan musuh dengan sebaik mungkin.

Ada tekad dan keimanan yang kuat, nyawa yang dikorbankan, dan hal lainnya untuk mencapai kemenangan. Tidak ada yang instan di dunia ini, semua butuh proses. Ketika kita mengharapkan hasil yang besar, maka tentu harus bersiap dengan pengorbanan yang besar pula.

Setiap individu juga perlu memahami bahwa semua fasilitas yang Allah beri, adalah alat bagi kita untuk meraih ridla nya. Termasuk dalam pekerjaan, bisa bernilai pahala untuk meraih ridla-Nya ketika kita melaksanakannya dengan profesional dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Seperti perlunya kita memperhatikan adab dan akhlak ketika berhubungan dengan rekan kerja. Percaya bahwa semua yang dikerjakan akan diminta pertanggungjawaban adalah implementasi dari iman terhadap adanya hari kiamat atau penghisaban. Wallahua’lam bishawab.


banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!