banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250

Kontribusi Sastra dalam Membentuk Konsep Diri di Era 4.0

Penulis: Ummi Nurjamil Baiti Lapiana, S.S., M.A. (Dosen  Sastra Indonesia Universitas Jenderal Soedirman)

Karya sastra tidak lahir dari sebuah kekosongan. Kehadiran sebuah karya sastra, baik puisi, prosa, maupu drama, selalu memiliki latar belakang yang menjadi penyebab atau sumber inspirasi bagi pengarang, penerbit, dan masyarakat dalam kelahiran karya tersebut. Karya sastra merupakan interpretasi dari kehidupan. Apa yang terjadi di masyarakat bisa menjadi inspirasi bagi sebuah karya untuk tercipta. Begitu pula sebaliknya, apa yang tertuang dalam karya sastra bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk melakukannya.

banner 728x250

Sastra memiliki fungsi dulce et utile; mempunyai fungsi ganda untuk menghibur sekaligus bermanfaat bagi manusia. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan dan imajinasi, selain itu sastra juga memiliki unsur didaktis dan moralitas sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pengajaran tentang nilai-nilai kebaikan dan mengajarkan masyarakat pengetahuan tentang moral yang baik dan buruk. Sastra yang baik mengandung nilai moral yang luhur. Terdapat tiga komponen yang berperan penting dalam mengkomunikasikan fungsi sastra tersebut; pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra itu sendiri sebagai isi pesan, dan pembaca sebagai penerima pesan yang tersirat dalam karya sastra. Ketiga hal tersebut merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena saling terikat antara satu dengan yang lainnya. Seorang pengarang mendapat inspirasi dari masyarakat untuk menciptakan sebuah kaya sastra. Saat karya sastra itu dibaca oleh pembaca maka bisa jadi karya sastra tersebut menginspirasi pembaca untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman dari hasil pembacaannya. Tiga komponen ini terus saling mempengaruhi sehingga keberadaan ketiganya tidak dapat terpisahkan.

Di era 4.0 ini, masyarakat bisa mengakses dan menciptakan sebuah karya sastra dengan mudah. Media sosial sering kali dijadikan sarana publikasi hasil karya sastra yang diciptakan. Dengan begitu masyarakat sebagai penikmat sastra juga bisa mengakses karya-karya tersebut dengan mudah. Hal ini tentu mempengaruhi perubahan trend yang terjadi di masyarakat. Sebagai contoh trend drama Korea yang merajalela membuat perubahan konsep kecantikan masyarakat Indonesia yang semula adalah kuning langsat menjadi putih bersih seperti artis Korea. Contoh perubahan lainnya adalah profesi. Dahulu profesi-profesi yang terkenal dan banyak digandrungi masyarakat adalah dokter, pegawai negeri, polisi, TNI dan lain sebagainya. Sedangkan saat ini profesi-profesi baru seperti dancer, influencer, youtuber mulai marak diminati oleh masyarakat.

Perubahan-perubahan itu tidak serta merta terjadi begitu saja. Masyarakat berubah berdasarkan apa yang mereka lihat, mereka baca dan mereka tonton. Tidak dipungkiri karya sastra memiliki peranan dalam perubahan trend di masyarakat. Perubahan yang terjadi ini mempengaruhi cara pandang seorang individu terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya juga persepsi individu tersebut mengenai dirinya sendiri. Bagaimana idealnya dia hidup dan berprilaku (self ideal), bagaimana cerminan dirinya sekarang (self image) dan bagaimana penilaiannya terhadap dirinya sendiri (self esteem) bisa berubah sesuai dengan apa yang terjadi di lingkungannya.  Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dari konsep diri atau self concept yang merupakan gambaran persepsi individu tentang dirinya. Konsep diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan memberikan stigma dan persepsi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam membentuk konsep diri. Lingkungan yang positif dapat mendukung terbentuknya konsep diri yang positif. Begitupula sebaliknya, konsep diri yang negatif bisa dibentuk oleh lingkungan yang tidak mendukung (negatif).

Di era 4.0 ini lingkungan pergaulan yang dimaksud memiliki makna yang lebih luas. Bukan hanya lingkungan tempat tinggal seorang individu saja, namun juga lingkungan digital di mana sebagian besar aktivitas individu saat ini berada di ranah digital. Pengaruh pembentukan konsep diri bisa didapat dari apa yang individu lihat, baca, rasakan maupun dari respon yang diberikan terhadap permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh pembaca novel atau penikmat drama yang mengidolakan tokoh utama dalam karya tersebut akan membuat standar ideal yang sama bagi kehidupannya. Jika dia adalah seorang perempuan maka dia akan memimpikan seorang pangeran tanpa cacat yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Begitu pula jika dia laki-laki. Dia akan mengharapkan perempuan ideal yang sempurna.

Perkembangan kepribadian seseorang sangat dipengaruhi perkembangan konsep dirinya dan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Perkembangan kepribadian ini nantinya akan berpengaruh pada prilaku seseorang. Seseorang yang mampu mengembangkan konsep dirinya menjadi konsep diri yang positif dari hasil pengalaman hidupnya dalam lingkungan akan memiliki kepribadian positif serta akan mengarahkan pada perilaku yang positif pula. Namun beberapa diantara Individu, ternyata tidak mampu mengembagkan konsep diri yang positif, sehingga ia cenderung memandang dirinya tidak disukai, gagal, malang, lemah, tidak kompeten dan sebaginya. Hal ini tentu sangat merugikan, bahkan mungkin orang-orang di sekitarnya akan ikut berdampak.

Sastra dengan fungsi didaktif dan moralitasnya seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi perkembangan trend di masyarakat. Masyarakat yang positif akan membentuk pribadi individu yang positif. Dengan konsep diri individu yang positif maka ia akan mudah menerima dan berdamai dengan dirinya sendiri maupun masa lalunya. Konsep diri yang positif akan berpengaruh kepada perilaku, cara pandang dan respon yang diberikan terhadap permasalahan di lingkungannya. Jadi, sudahkah kita memiliki konsep diri yang positif?


banner 336x280
banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!