banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
Berita  

Ngopi Kreatif “No Boundaries”, Pelaku Ekraf Kuningan Masih Harus Berjuang Sendiri-Sendiri

Bingkaiwarta, CILIMUS – Kuningan mencatat sejarah baru dalam perjalanan ekonomi kreatifnya melalui acara Ngopi Kreatif: No Boundaries, yang digelar oleh Komite Ekonomi Kreatif Kabupaten Kuningan dengan dukungan penuh dari Sangkanika Edugarden, Sabtu (28/12/2024) malam. Acara ini sukses menjadi wadah inspirasi, kolaborasi, dan refleksi bagi para pelaku ekonomi kreatif (ekraf), menghadirkan berbagai sudut pandang terkait isu-isu krusial dalam pengembangan ekraf di daerah.

Dalam forum ini, empat narasumber utama berbagi pengetahuan dan pengalaman: Ajay Ahdyat, perupa sekaligus ahli desain grafis dan dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Kuningan; Endang Komara, Ketua Komite Ekraf yang juga dikenal sebagai konsultan IT, fotografer, dan film maker; Ageng Sutrisno, founder Jalan Bareng; serta AR Affandi, seorang film maker sekaligus founder Roemah Film Affandi. Dengan dimoderatori oleh Asri Nuraini Octaviana, diskusi berlangsung interaktif, menggugah antusiasme para peserta yang berasal dari berbagai komunitas ekraf.

banner 728x250

Acara ini dihadiri oleh komunitas ekraf terkemuka di Kuningan, termasuk Production House Moreplay, Komunitas Crafter Kuningan, GEKRAF Kuningan, Komunitas Jepret (Fotografi), Mojang Jaka, Duta Genre, Duta Baca, Forum Film Kuningan, RFA, Mega Citra Kreasi, penulis, hingga perupa dari Slawey Studio Artwork. Meski demikian, absennya pejabat dari Disporapar menjadi sorotan tersendiri.

Dalam acara tersebut AR. Affandi menjelaskan pengalamannya dalam bidang perfilman. Lika-likunya dalam berkarya sebagai film maker mulai patungan untuk makan dan properti hingga setahun terakhir timnya mendapatkan investor sehingga para crew dan cast bisa mendapatkan bayaran. DIapun menerangkan betapa sulitnya mendapatkan penulis naskah di Kuningan.

Selain itu, dia menyampaikan pengalamannya mengangkat seni budaya lokal dalam filmnya yang berhasil mendapatkan berbagai prestasi. Keterbatasan finansial tidak membatasinya dalam berkarya tapi tetap bisa menghasilkan karya yang berprestasi. Ia juga menyampaikan

“Kurangnya dukungan pemerintah bukan sebuah batasan untuk menghambat kreativitas untuk berkarya. Saya bukan pengemis yang harus meminta-minta untuk diperhatikan. Lebih baik berjuang sendiri,” ujarnya.

Endang Komara yang akrab disapa dengan panggilan Eko menyampaikan bagaimana strategi yang akan dilakukan oleh Komite Ekraf Kuningan dalam mengembangkan Ekraf di Kabupaten Kuningan. Melihat potensi ekraf yang begitu besar yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan sebagian besar masih belum mendapatkan perhatian dari pemerintah.

“PR-nya sangat banyak mulai dari memberikan kelayakan melalui program edukasi, penguatan, apresiasi dan fasilitasi dan membantu memberikan dukungan dari mulai infrastruktur, permodalan, ruang kreasi dan lain-lain. Hanya saja nampaknya ekraf masih belum dijadikan prioritas oleh pemerintah daerah Kabupaten Kuningan saat ini,” terang Endang Komara.

Endang menambahkan, hal ini terbukti dari bantuan operasional berupa dana hibah bagi komite ekraf yang hingga saat ini belum direalisasikan sehingga komite ekraf kadang harus mengeluarkan uang dari kantong pribadi dan mencari harus support dari pihak lain. Ekraf ini menyentuh berbagai lini kehidupan yang tentunya ekraf menjadi salah satu bisnis masa depan bagi generasi saat ini hingga generasi yang akan datang sehingga ia menganggap bahwa pengembangan ekraf ini harus dilakukan secara serius sehingga mengembangkan ekraf di Kuningan tidak cukup hanya dilakukan oleh satu bidang ekraf saja yang ada di Disporapar Kabupaten Kuningan, karena dalam mengembangkan ekraf ini mencakup sektor pendidikan, investasi, perindustrian dan perdagangan, promosi, pariwisata, pemberdayaan desa terkait pengembangan desa kreatif, dan lain-lain yang tentunya harus terbangun ekosistem mulai dari berbagai skpd di pemerintah daerah.

Eko menyampaikan bahwa hingga saat ini masih ada kendala komunikasi antara komite ekraf dengan pemerintah daerah, permohonan audiensi pun dari mulai komite ekraf ini terbentuk hingga saat ini belum diberikan kesempatan oleh pj bupati yang bertugas untuk menyampaikan program kerja, hasil temuan dilapangan dan gagasan-gagasan yang dibuat selama komite ekraf ini bekerja. Komunikasi dengan Ring 1 di Kabupaten Kuningan ini dianggap sangat perlu sebab ada kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan dalam pengembangan ekraf di Kuningan.

Ageng Sutrisno memberikan gambaran bagaimana peluang atas pencapaian yang akan dicapai dari isu strategis terkait sosial ekonomi di kawasan Rebana yang akan membuka banyak lapangan kerja. Menurutnya, dari keberadaan bandara Kertajati, universitas besar yang membangun cabangnya seperti ITB di Cirebon dan unversitas besar yang akan dibangun di Majalengka serta industri-industri baru yang akan dibangun yang akan menyerap banyak tenaga kerja di kawasan rebana menjadikan Kuningan sebagai tempat strategis untuk “leisure” atau bersantai.

DIa juga menyampaikan kiprahnya sebagai founder Jalan Bareng yang akan mengangkat berbagai potensi Kuningan dengan cara yang lebih soft berupa event dan konten kreatif yang akan dilaunching mulai bulan januari 2025. Dia menyarankan agar Kuningan minimal bisa mengangkat salah satu subsektor yang menjadi unggulan sehingga melekat menjadi identitas Kuningan, seperti halnya Ambon yang terkenal melahirkan para penyanyi dengan suara yang bagus.

Berikutnya, Ajay Ahdiyat yang menyampaikan kiprahnya dan juga bagaimana dia sempat didapuk menjadi ketua komite ekraf, tapi karena pemerintah daerah tidak bisa memberikan kejelasan terkait hak profesional dan value bagi pengurus/komite ekraf sehingga Ajay urung menerima tawaran sebagai komite tersebut yang akhirnya jabatan itu diberikan kepada kang Eko. Ajay pun menyampaikan bahwa menurut pengamatannya, Komite Ekraf Kuningan dengan Pemerintah tampaknya belum nyambung.

Dia menyampaikan pula bahwa indeks kreatif Kabupaten Kuningan pada tahun 2023 ada di urutan 25 dari 27 di provinsi Jawa Barat. Ini menjadi indikator bahwa kuningan masih dalam level kabupaten dengan kategori “Potentially Creative”. Padahal pelaku-pelaku ekraf di Kuningan banyak yang mempunyai prestasi dan kiprah hingga level internasional.

“Jika pemerintah tidak menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu prioritas, maka tentunya bagaimanapun langkah atau gagasan yang disampaikan komite ekraf maupun para pelaku ekraf akan sulit untuk didukung dan ditindaklanjuti, yang akhirnya para pelaku ekraf tetap harus berjuang masing-masing, dan tidak masalah. Tanpa bantuan pemerintah pun kita bisa tetap jalan,”ungkap Ajay.

Ajay juga menyampaikan bahwa belum ada Renstra (rencana strategis) dan regulasi yang jelas dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan terkait peningkatan/pengembangan ekonomi kreatif, sehingga berbagai pihak akan menjadi kebingungan untuk menentukan langkah strategis dalam pengembangan ekraf ke depannya.

Dia pun menjelaskan tentang peranan mahasiswanya dalam mendorong ekraf di Kuningan, misalnya melalui prestasi dan partisipasi yang di dapatkan mahasiswa Desain Komunikasi Visual Uniku beberapa tahun belakangan ini, mulai dari tingkat lokal, nasional, bahkan sampai ke internasional.

Eko berpendapat bahwa jika para pelaku ekraf ini berjuang sendiri-sendiri artinya eksistensi bidang ekonomi kreatif ini menjadi sia-sia. Eko menyampaikan bahwa hingga saat ini sebagian besar dari pelaku ekraf yang dia temui merasa skeptis dengan birokrasi yang kontribusinya belum dirasakan oleh mereka.

“Ketidakpercayaan para pelaku ekraf terhadap birokrasi sebetulnya bisa diselesaikan salah satunya dengan memfasilitasi mereka dalam pembuatan karya. Sebagai contoh pemerintah daerah menyediakan fasilitas peralatan produksi film yang bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan mulai dari film, fotografi, videografi sehingga bisa dimanfaatkan oleh para pelaku ekraf di beberapa subsektor sebagai kiprah konkret yang justru bisa mendorong berbagai potensi yang ada di Kabupaten Kuningan.

Fasilitas ini bisa dikelola oleh komite ekraf sehingga ada tools untuk menjalankan berbagai kegiatan pembuatan karya melalui peminjaman peralatan dan bisa menjadi sarana untuk menyambungkan komunikasi berkelanjutan dengan para pelaku ekraf. Karya-karya yang muncul dapat diakuisisi oleh pemerintah sebagai bukti dari kiprahnya sebagai fasilitator dan regulator,” jelasnya.

Eko pun membenarkan bahwa pemerintah daerah saat ini belum punya buku rencana strategis untuk pengembangan ekraf, hal ini pun menjadi indikator betapa belum seriusnya penanganan ekraf di Kabupaten Kuningan. Sementara terpisahnya Kementrian Ekraf dari Kementrian Pariwisata menandakan betapa pentingnya ekraf bagi perekonomian bangsa.

Semua pihak berharap agar Pemerintah Daerah khususnya bidang terkait ekonomi kreatif bisa lebih berbuat banyak secara konkret dan tidak terjebak dengan rutinitas rapat, seremonial dan kesibukan yang bersifat administratif semata, sebab jika terus demikian maka selamanya ekraf di Kabupaten Kuningan tidak akan pernah naik kelas.

Acara ini menjadi momentum penting untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam pengembangan ekraf di Kuningan. Selain membutuhkan dukungan regulasi dan fasilitasi dari pemerintah, para pelaku ekraf menegaskan perlunya sinergi lintas sektor, peningkatan apresiasi terhadap profesi kreatif, dan kemudahan akses permodalan. Dengan semangat kolaborasi yang ditunjukkan dalam acara ini, Kuningan memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kreativitas yang kompetitif di tingkat nasional.

Diskusi berlangsung dua arah, melibatkan audiens yang secara aktif menyampaikan pandangan, masukan, dan pertanyaan. Beberapa isu yang diangkat termasuk apresiasi terhadap penulis yang sering kali kurang diperhatikan dalam ekosistem kreatif, serta akses permodalan bagi pelaku ekraf yang masih menjadi tantangan utama. Para narasumber merespons berbagai masukan tersebut dengan memberikan solusi dan strategi yang konkret.

Salah satu hasil positif dari acara Ngopi Kreatif: No Boundaries adalah terjalinnya sinergi yang lebih erat antar komunitas ekonomi kreatif di Kuningan. Melalui diskusi dan interaksi yang berlangsung, para peserta sepakat untuk membangun ekosistem kreatif yang inklusif dan saling mendukung guna mendorong perkembangan ekonomi kreatif di daerah ini.

Selain itu, acara ini juga memunculkan harapan besar agar ke depannya lebih banyak event serupa yang melibatkan lebih banyak pelaku ekraf dari berbagai subsektor. Event-event tersebut diharapkan dapat menjadi ajang berbagi ide, pengalaman, dan peluang kolaborasi yang lebih luas, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekraf secara signifikan di Kabupaten Kuningan.

Pada kesempatan ini para narasumber memberikan apreasinya atas dukungan luar biasa dari Sangkanika Edugarden. Yang secara konsisten mendukung acara-acara semacam ini. Tentunya akan sangat baik bagi perkembangan ekraf di Kuningan jika lebih banyak pihak yang bisa ikut mendukung acara-acara seperti ini. (Abel/adm)


banner 336x280
banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!