banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250

Pariwisata dalam Pandangan Islam

Oleh : Tawati (Muslimah Revowriter Majalengka)

Potensi pariwisata yang ada di Kawasan Cirebon Raya terus dikembangkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (Disparbud Jabar) agar menjadi destinasi favorit dan unggulan di wilayah Jawa Barat.

banner 728x250

“Tiga poin yang bisa dinilai di Cirebon ini, yaitu ada wisata kulinernya, ada wisata religinya, dan ada juga wisata budayanya. Ketiga potensi ini semoga bisa ditangkap sebagai peluang untuk menunjukkan keunggulannya,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Benny Bachtiar, di Bandung, Jumat (5/5/2023) lalu.

Sektor pariwisata digadang-gadang sebagai sektor andalan dalam pemulihan ekonomi. Namun apakah benar semua ini untuk ekonomi rakyat? Apakah kawasan wisata akan menciptakan lapangan kerja? Sebab, yang paling diuntungkan dengan pembangunan kawasan wisata adalah mereka yang memiliki modal besar.

Bagaimana dengan keberadaan masyarakat sekitar, jangankan memiliki harta yang banyak, lahan kecil yang dimiliki oleh mereka pun telah digusur dengan alasan harus ikut menyukseskan pembangunan. Padahal, mata pencaharian mereka dengan menjadi petani atau nelayan. Lantas bagaimana kompensasinya pada mereka yang kehilangan mata pencaharian?

Sungguh nelangsa, pekerjaan yang ditawarkan untuk mereka pun dengan upah di bawah rata-rata, seperti menjadi penjaga karcis, cleaning service dan lainnya. Itu pun harus berebut karena jumlah lowongan tak sebanyak pencari kerja.

Belum lagi terkait pembebasan lahan yang selalu terjadi di hampir setiap pembangunan. Rakyat sebagai pihak lemah tak memiliki daya tawar, sehingga harus rela menerima nasib, tanahnya dibeli dengan harga yang tidak layak.

Begitu pula bisnis-bisnis sampingannya semisal toko-toko, restoran dan lainnya yang ada di arena wisata. Hal itu tentu tidak pernah menguntungkan masyarakat sekitar yang tidak memiliki modal besar dan kemampuan yang mumpuni. Selalu korporasi besar yang akan mendulang keuntungan dengan berdirinya resort-resort dan hotel milik mereka.

Selain itu, pariwisata adalah cara efektif untuk menyebarkan pemikiran asing. Kontak diantara penduduk lokal dengan turis asing menyebabkan inklusi sosial yang berujung pada transfer nilai. Kita bisa menginderanya masyarakat yang tinggal di kawasan wisata, lama-lama terkikis pemahaman agamanya dan kian ‘ramah’ terhadap ide liberal. Berubahnya gaya hidup, bahasa, cara berpakaian, hingga toleran terhadap perilaku wisatawan. Gegar budaya, berujung pada imitasi perilaku asing.

Yang memprihatinkan, akhirnya berkembang profesi ‘baru’ yang merusak cara pandang masyarakat. Tak bisa dihindari jika prostitusi, pornografi, bahkan pariwisata seks anak (PSA) benar terjadi di sejumlah destinasi wisata.

Oleh sebab itu, bisnis pariwisata yang dikelola dengan landasan sekuler hanya akan menghasilkan bisnis yang dipenuhi keburukan. Buruk untuk akidah kaum muslim, buruk juga untuk kehidupan bermasyarakat, bahkan buruk bagi alam raya, karena sering kali pembangunan kawasan wisata malah merusak habitat.

Dalam Islam, pariwisata bukanlah sumber devisa utama. Negara akan mengandalkan sumber devisa utama yaitu dari pos fai-kharaj, kepemilikan umum dan pos zakat.

Syariat juga melarang pembiaran asing berkuasa atas kaum mukminin. Karena negara dalam sistem Islam tidak akan membiarkan celah bagi asing terbuka, sekalipun ‘hanya’ kerjasama bisnis pariwisata. Negara juga tak bakal membiarkan infiltrasi nilai yang merusak akidah dan akhlak umat.

Pariwisata dalam pandangan Islam adalah tempat syiar yang efektif sebab selain menyodorkan keindahan alam juga menjadi bukti kemahabesaran Allah SWT. Pariwisata  menjadi tempat untuk memperkenalkan budaya Islam yang cantik dan menawan sehingga para turis akan makin memahami Islam.

Lebih dari itu, tujuan utama dipertahankannya pariwisata adalah sebagai sarana dakwah dan di’ayah (propaganda). Menjadi sarana dakwah, karena manusia biasanya akan tunduk dan takjub ketika menyaksikan keindahan alam.

Tafakur alam bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan atau mengokohkan keimanan pada Allah SWT. Menjadi sarana propaganda (di’ayah), untuk meyakinkan siapapun tentang bukti-bukti keagungan dan kemuliaan peradaban Islam.

Itu semua menjadi bukti, bahwa tak ada yang sia-sia dalam Islam, termasuk dalam menempatkan pariwisata. Sebab ketundukan atas kebesaran Allah lah yang menjadikan sebuah bangsa mandiri, mulia dan tangguh, lepas dari daulat asing.

Wallahu a’lam bishshawab.


banner 336x280
banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!