Bingkaiwarta, CILIMUS – Sangkanika, edugarden buah naga kuning pertama di Indonesia, sukses menyelenggarakan acara ngabuburit spesial bertajuk “Ngabuburit Sambil Membatik”. Acara yang digelar pada Sabtu, (8/3/2025) ini menggandeng Sanggar Godhong Djati untuk memperkenalkan seni membatik kepada masyarakat dengan metode yang lebih ramah dan mudah dipelajari.
Acara yang berlangsung mulai pukul 15.00 WIB ini terbuka secara gratis untuk umum dan menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk mahasiswa dari Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kuningan (Uniku). Kegiatan ini menjadi ajang edukatif yang memperkenalkan teknik membatik dengan pendekatan inovatif menggunakan canting elektrik, menggantikan canting tradisional yang biasanya menggunakan tungku.
Penggunaan canting elektrik dalam proses membatik mendapat respons positif dari para peserta. Teknologi ini dinilai lebih praktis dan aman, terutama bagi pemula yang baru pertama kali mencoba membatik. “Biasanya saya takut mencoba membatik karena penggunaan lilin panas yang harus dipanaskan di tungku. Tapi dengan canting elektrik ini, saya merasa lebih nyaman dan mudah mengaplikasikan malam ke kain,” ujar salah satu peserta dari mahasiswa DKV Uniku.
Sanggar Godhong Djati sebagai mitra dalam acara ini membimbing peserta dengan penuh kesabaran, menjelaskan langkah demi langkah dalam membatik, mulai dari menggambar pola, mencanting, hingga proses pewarnaan. Tidak hanya itu, peserta juga diajak memahami filosofi di balik motif-motif batik yang dibuat, sehingga tidak hanya sekadar menghasilkan karya, tetapi juga memahami nilai seni dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Selain kegiatan membatik, acara ngabuburit ini juga diramaikan dengan sesi diskusi santai mengenai pentingnya melestarikan budaya batik di era modern. Diskusi ini mengupas bagaimana batik bisa tetap relevan dengan perkembangan zaman, khususnya dengan adaptasi teknologi dalam proses pembuatannya.
Tidak hanya dilakukan secara langsung di lokasi, acara ini juga disiarkan secara live melalui akun media sosial Sangkanika di TikTok dan Instagram, sehingga masyarakat yang tidak bisa hadir tetap dapat mengikuti keseruan dan edukasi dari kegiatan ini. Antusiasme tinggi terlihat dari interaksi warganet yang aktif berkomentar dan bertanya selama siaran berlangsung.
Menurut perwakilan Sangkanika, acara ini merupakan bagian dari komitmen mereka dalam menghadirkan kegiatan edukatif yang tidak hanya berfokus pada agrowisata, tetapi juga seni dan budaya. “Kami ingin Sangkanika menjadi ruang belajar yang menyenangkan, tidak hanya tentang buah naga kuning tetapi juga seni tradisional seperti batik yang bisa dikemas secara menarik,” ujar pengelola Sangkanika.
Dengan suksesnya acara ini, Sangkanika berencana untuk mengadakan kegiatan serupa di masa mendatang. Harapannya, seni membatik dapat semakin dikenal oleh generasi muda dan tetap lestari sebagai warisan budaya Indonesia. Bagi yang ingin terus mengikuti program menarik dari Sangkanika, informasi terbaru bisa didapatkan melalui akun media sosial mereka di @sangkanika_edugarden dan @sangkanika_kebunnagakuning.
Acara ngabuburit sambil membatik ini menjadi bukti bahwa seni tradisional dapat dikemas secara inovatif dan inklusif, sehingga siapa saja dapat ikut serta dalam melestarikan budaya tanpa hambatan. Diharapkan, kegiatan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk terus mencintai dan menjaga warisan budaya Indonesia. (Abel/rls)