banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
Berita  

Indonesia Gelap Di Tengah Cahaya Islam yang Gemerlap

 

Oleh : Nunung Nurhayati (Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah)

banner 728x250

Belum setahun sejak logo garuda dengan latar biru Peringatan Darurat mewarnai jagat maya, lambang itu kembali mengudara dengan latar hitam. Hasil analisis lembaga pemantau media sosial, Drone Emprit, menemukan gambar garuda hitam ini terlacak di X setidaknya sejak tanggal 3 Februari 2025 malam, alias dua hari setelah pemberlakukan pembatasan distribusi elpiji 3 kilogram (kg) ke pengecer. Tagar Peringatan Darurat berlatar hitam ini muncul menyusul tagar #IndonesiaGelap (Tirto.id, 18/2/2025).

Fakta ini didukung oleh keluhan yang datang dari setiap elemen masyarakat. Berbagai kebijakan pemerintah yang diberlakukan terakhir kali cukup menyulitkan (rakyat) bahkan sampai menelan korban. Sejumlah Mahasiswa pun turut mengeluhkan. Hal ini dibuktikan dengan turunnya ribuan Mahasiswa menggelar aksi demo Indonesia Gelap di berbagai daerah di Tanah air seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Palembang, Medan, Mataram, Makassar, Banjarmasin, Samarinda, dll. sejak Senin (17-2-2025) dan berlanjut ke hari-hari berikutnya.

Para Mahasiswa menyuarakan kekecewaannya. Mereka melayangkan beberapa tuntutan kepada pemerintah sejalan dengan aksinya. Diantara tuntutannya yaitu tentang efisiensi anggaran yang nyata menimbulkan gejolak juang para mahasiswa karena dianggap tidak efisien, terlebih menyoal pemangkasan anggaran pendidikan. Selain itu, mereka menolak revisi Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) terkait konsesi tambang untuk perguruan tinggi dan tuntutan-tuntutan lainnya yang dianggap merugikan rakyat.

Niat baik haruslah sejalan dengan baik pula amal (caranya). Begitupun mengambil solusi terbaik haruslah yang menyelesaikan sampai ke akar permasalahannya. Dari berbagai tuntutan yang ditawarkan dalam gebrakan mahasiswa ini sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke pangkal permasalahannya bahkan ada yang menawarkan untuk kembali pada demokrasi kerakyatan. Padahal penerapan sistem demokrasilah yang menjadi akar permasalahannya, sehingga khawatir nasib rakyat Indonesia di masa mendatang akan gelap sepenuhnya.

Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Adinda Tenriangke Muchtar, menyebut aksi Indonesia Gelap ini sebagai contoh aktivisme mahasiswa dan anak muda yang kreatif. Hal ini didorong dengan semakin banyaknya platform daring yang mempermudah aktivisme, termasuk media sosial (Tirto.id, 18/2/2025).

Mahasiswa memang sudah seharusnya melek politik dan mempunyai sikap kritis. Namun dibalik itu, mereka juga harus bisa memberikan solusi yang tepat dan akurat. Mereka sebagai para pemuda yang penuh energi dan potensi. Pemuda yang memiliki kekuatan diantara dua kelemahan, sebagaimana tergambar dalam firman-Nya;

“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (TQS. Ar-rum: 54)

Oleh karena itu, meniscayakan adanya pola pikir yang cemerlang dalam diri pemuda (mahasiswa) masa kini ketika mengambil solusi terbaik mengenai berbagai persoalan kehidupan. Apakah solusi terbaik itu? Tidak bisa dinafikan bahwa solusi yang benar hanyalah solusi dari Islam. Cahaya Islam sangat terang benderang. Sinarnya mampu tercatat tinta sejarah dalam ribuan tahun lamanya.

Tentu, cahaya ini tak mampu ditutup bahkan ditengah berbagai usaha pembencinya untuk mengubur cahaya tersebut. Mahasiswa sebagai agen perubahan untuk mengemban risalah Islam, menyinari dunia dengan cahaya Islam, seharusnya mampu mengoreksi penguasa dengan spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam semata. Hakikatnya, hanyalah dengan penerapan sistem Islam meniscayakan masa depan masyarakat gemilang bukan gelap atau bahkan suram.

Hal ini pun ditegaskan dalam firman-Nya;

“Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (TQS. An-nisa : 174-175)

Namun dalam mewujudkannya, tentu pemuda tidak bisa sendirian. Perlu wadah yang tepat dalam menjaga kemurnian pemikiran Islam. Oleh karenanya, mengharuskan para pemuda untuk bergabung bersama kelompok dakwah ideologis yang senantiasa menyerukan kepada Islam secara Kaffah (keseluruhan). Sebagaimana dalil landasannya yaitu Kalamullah;

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al Baqarah : 208)

Adanya barisan pemuda (mahasiswa) dalam jamaah dakwah ideologis adalah agar mereka dapat mengawal perubahan sesuai teladan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Sebagaimana yang Allah SWT perintahkan dalam firman-Nya;

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali Imran : 104)

Jika kegemilangan menjadi tujuannya, apabila cahaya yang dibutuhkan Indonesia, maka seyogyanya saat ini Indonesia gelap ditengah cahaya Islam yang nampak gemerlap. Kegelapan ini terjadi tersebab sistem Islam yang tidak diadopsi. Oleh karenanya, niscaya melahirkan berbagai problematika kehidupan, kerusakan segala bidang karena menyalahi standarisasi Sang Pembuat Seluruh Alam (Allah SWT), yakni Al-Qur’an, as-sunah, ijma’ dan qiyas (hukum syara). Allahu’alam bishshowab.


banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!