Bingkaiwarta, CIREBON – Dalam rangkaian Hari Dharma Samudera, TNI AL menggelar penyelaman wreck ship RI Gajah Mada di laut Cirebon.
Kegiatan itu dihadiri langsung Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Erwin S Aldedharma di Dermaga Pelita Pelabuhan Cirebon.
Para penyelaman Wreckship KRI Gajah Mada dan Joy Sailing bertolak dari Dermaga Pelita Pelabuhan Cirebon menuju titik tenggelamnya kapal KRI Gajah Mada yang berjarak 3 Mil laut dari bibir Pelabuhan Cirebon.
Sebelum pelepasan, Wakasal, Laksamana Madya TNI Erwin S Aldedharma menyematkan brevet selam kepada Pj Walikota Cirebon Drs H Agus Mulyadi, Ketua DPRD Cirebon Andne Sulistto, Danlanud Sugiri Sukani Mayor (Pnb) Fanana Dewi Djakana Putn dan Komandan Batalyon Arhanud 14/ PWY Mayor Arh Hafda Prima Agung serta Kasatpol Airud Polres Kota.
“Sejak masa revolusi masa revolusi kemerdekaan, Cirebon memiliki peran penting dalam sejarah Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Sejarah mencatat ALRI Pangkalan III Cirebon Mampu Membangun mampu membangun sebuah eskader yang terdiri dari kapal-kapal bertonase ringan dengan dilengkapi senapan mesin sebagai senjatanya. Tidak hanya itu, ALRI Cirebon Mengawali mengawali tradisi penomoran dan penamaan kapal perang serta penetapan flag ship yaitu kapal Gadjah Mada,” ungkap Wakasal, Laksamana Madya TNI Erwin S Aldedharma kepada awak media, Senin (20/1/2025).
Dari aspek operasional, Wakasal mengatakan, ALRI Cirebon mampu melaksanakan operasi laut dan melaksanakan tiga peran universal angkatan laut secara mengesankan.
“Hal ini ditunjukkan dalam pengamanan diplomasi beras pemerintah ri yang akan dikirim ke india pada tahun 1946, melaksanakan diplomasi Angkatan Laut pada persiapan perundingan Linggarjati pada tahun 1946 yang membuat inggris dan belanda mengakui kedaulatan wilayah perairan sejauh 3 mil dari pantai sesuai rezim hukum laut TZMKO saat itu, dan mampu menggelar latihan gabungan dengan pasukan darat,” katanya.
Erwin menyebutkan, puncak peran militer ALRI Cirebon diperlihatkan pada awal tahun 1947.
“Kapal-kapal-kapal ALRI mampu bermanuver, mengepung dan mengusir kapal korvet Belanda HRMS Morotai pada tanggal 3 Januari 1947 dari perairan Cirebon. Bala Bantuan kapal Angkatan Laut Belanda yang berupa destroyer HRMS kortenaer pun dihadang oleh eskader pimpinan Kapal Gajah Mada yang berujung pada pertempuran teluk Cirebon 5 Januari 1947. Kapal Gajah Mada tenggelam bersama komandannya Letnan Satu Pelaut Samadikun pada pertempuran laut paling heroik dalam sejarah Indonesia,” ucapnya.
Jenderal bintang tiga ini menegaskan, prajurit TNI Angkatan Laut senantiasa menunjukkan sikap dan keteladanan dalam mempertahankan kedaulatan wilayah laut Nusantara sejak masa perang kemerdekaan.
“Keterbatasan alutsista tidak menjadi hambatan dalam menghadapi angkatan laut musuh yang jauh lebih kuat persenjataannya. Heroisme ini tercermin dalam berbagai pertempuran laut, termasuk pertempuran Teluk Cirebon yang terjadi pada tanggal 5 Januari 1947,” tegasnya.
Erwin menerangkan, WRECK Kapal Gajah Mada merupakan artefak pertempuran laut yang masih tersisa disamping salah satu pelaku pertempuran laut Arafuru yaitu KRI Harimau yang saat ini terpajang di museum purna bakti pertiwi TMII Jakarta.
“Oleh karena itu, kegiatan historical diver WRECK kapal ini menjadi bagian dari kegiatan riset sejarah TNI Angkatan Laut yang terus dikembangkan sebagai bagian dari penanaman kesadaran sejarah dan nasionalisme generasi muda Indonesia,” jelasnya. (ARL)