Bingkaiwarta, CIREBON – Desa Gintung Ranjeng, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon terus melestarikan adat atau budaya masyarakat terdahulu, tradisi Mapag Sri. Selain menyambut datangnya musim panen tiba, tradisi yang digelar setiap tahun ini juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai kegiatan dilakukan jelang adat Mapag Sri seperti pengajian yang langsung diisi seorang penceramah. Kemudian puncaknya melakukan karnaval diikuti para petani dan masyarakat.
Karnaval (arak-arakan) disuguhkan hiburan seperti drumband, replika hewan dan hasil bumi yang dibentuk menyerupai gunung diarak keliling desa.
Pemdes Gintung Ranjeng bersama perangkat desanya langsung dipimipin kuwu atau lurah seorang perempuan yakni Hj. Nani Maryani ikut mengiringi karnaval dari balai desa berjalan menuju area sawah yang akan dilakukan panen perdana.
Para perangkat desa dengan memakai pakaian serba hitam berbaris di depan kemudian di belakang diikuti para petani dan masyarakat dengan membawa hasil bumi berjalan menuju area sawah.
Kuwu Desa Gintung Ranjeng, Hj. Nani Maryani mengatakan, adat Mapag Sri merupakan adat leluhur yang harus dilestarikan dalam menyambut datangnya masa panen.
“Adat Mapag Sri selain adat masyarakat terdahulu yang harus dilestarikan juga sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah dengan hasil bumi yang didapatkan,” katanya, Rabu (15/3/2023).
Lanjut Nani, adat Mapag Sri sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, sehingga Pemdes Gitung Ranjeng terus melestarikannya. “Adat Mapag Sri dilakukan setiap tahun jelang musim panen tiba,” ucapnya.
Mapag Sri dalam bahasa Indonesia Mapag dapat diartikan menjemput, sedangkan Sri representasi dari Dewi Sri simbol tanaman padi.
“Jadi dapat diartikan Mapag Sri adalah menjemput padi atau menyambut datangnya masa panen tiba,” tutup Nani. (Irgun)