banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250

Kalayuda, Mahakarya Teater Sado

Bingkaiwarta, KUNINGAN – Untuk kedelapan kalinya Teater Sado menggelar pertunjukan mahakarya, mulai dari Bimbang Dewi Lara, dan mulai hari ini akan digelar pertunjukan Teater Kalayuda. Pembukaan pertunjukan teater dan pameran karya guru dibuka oleh Bupati Kuningan, H. Acep Purnama didampingi Sekda Dr. Dian Rachmat Yanuar yang ditandai dengan pemukulan gong, di Gedung Kesenian Raksawacana, Jumat (8/9/2023) malam.

Bupati Kuningan, H. Acep Purnama, menceritakan sosok pendiri Teater Sado, yaitu almarhum Aan Sugiarto Mas. Sejak SD, Ia sudah bersahabat dengan almarhum. Mereka sama sama lulusan SD 7 Kuningan tahun 1970, bahkan pernah bekerja kelompok di rumahnya yang kini menjadi tempat Teater Sado.

banner 728x250

“Ternyata ada sebuah nilai konsistensi yang almarhum lakukan, terutama dalam hal seni. Beliau sangat tekun dan serius, apalagi ketika menggambar. Ada hal unik ketika tahun 1968 beliau pernah mengajak teman-teman se SD untuk mengenalkan jambu tanpa biji. Memang sejak dulu, kalau beliau itu banyak teman dan saudara,” ungkap Bupati Acep.

Kendati sudah tiada, namun karyanya tidak akan lenyap dimakan usia. Sebagai bentuk konsistensinya pada seni, kini telah ada generasi penerus untuk melestarikan karyanya sebagai sebuah nilai.

“Dengan pertunjukan Lakon Kalayuda, yang berarti kala itu waktu dan yuda adalah peperangan. Semoga akan mendapatkan hikmah bagaimana memenangkan peperangan dalam suatu yang bernilai kebaikan. Terutama berperang dengan diri sendiri dan batin. Untuk itulah diperlukan kewaspadaan dan kehati-hatian,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sekda Dian menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara, para guru, dan para pemain teater. Kegiatan ini membutuhkan ruang dan waktu. Apalagi pertunjukan teater, perlu latihan dan penjiwaan akan sebuah peran. Namun, kini perjuangan itu  akan ada di atas panggung. Untuk itu, mari saksikan  “Kalayuda” Maha Karya Teater Sado.

Pertunjukan teater, kata Sekda Dian, merupakan sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada penonton. Seni pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki potensi dalam menginspirasi dan mengedukasi di balik berbagai lakonnya.

“Dengan lahirnya mahakarya Seni Teater Sado, tak lepas dari sosok Tokoh Seniman Aan Sugiarto Mas. Kita bisa berkarya, kita bisa menyaksikan karena beliau ada. Semoga karyanya akan menjadi rahmat untuk kemuliaan yang diberikan Allah Swt,” kata Sekda Dian.

Sementara itu, untuk Pameran Karya Guru, menurut Sekda Dian, penting bagi para pendidik sebagai ungkapan kreativitas dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman. Karya-karya yang dipamerkan bukan hanya hasil kreativitas, melainkan juga memiliki nilai filosofi yang dapat dijadikan pedoman.

Lebih lanjut, Ketua Penyelenggara Edi Supardi menyampaikan bahwa Teater Sado lahir pada tahun 1997 dan bermarkas di Jalan Otista, Sawah Waru. Sebelumnya, teater ini adalah teater kampus, namun pada awal tahun 1998 menjadi teater latihan di luar kampus, Teater Sado dengan pendiri Almarhum Aan Sugiarnto Mas.

Untuk menghasilkan karya dalam sebuah teater, diperlukan latihan, pemikiran, penghayatan akan sebuah peran, bukan sebatas pementasan. Dalam teater, dituntun memiliki kerja kolektif, gotong royong  dan latihan tidak bisa diartikan sebagai hal yang sederhana. Manusia Sado harus memiliki sikap di panggung kehidupan yang sesungguhnya, yang akan menjadi nilai budaya luhur yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Buah dari pemikiran dan gagasan Aan Sugiarto Mas telah melahirkan mahakarya, antara lain Bimbang Dewi Lara, Dialog Rama-Rahwana, Dedes, Ada Mayat Kentut, Sandiwara Negeri Orang-orang Negeri Dangdut, Lelaki Tua dan Ibu Sepuh Ratu Rita, dan Barok tidak Tahu, sebab tidak pernah.

“Sebagai generasi penerus dari Teater Sado, Kang Ipung membuat sebuah karya Teater Kalayuda, untuk pertunjukan mulai tanggal 9 September hingga 10 Oktober 2023,” katanya. (Abel)


banner 336x280
banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!