Bingkaiwarta, KUNINGAN – Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDM) Kementan, Dedi Nursyamsi mengapresiasi adanya integrated farming di Kabupaten Kuningan.
“Hari ini saya berada di P4S Hijrah Farm, Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Komoditasnya adalah integrated farming. Ada apa di sawah, ada ikan, dan dikelola secara integratif,” ujar Dedi, kemarin.
Menurutnya hal itu, merupakan hal yang luar biasa, ketika jerami digunakan sebagai bahan pakan ternak, kemudian pupuk kandangnya dimasukkan ke dalam bio digester maka akan menghasilkan gas metan dipanen untuk energi.
Menjawab pertanyaan mengenai penggunaan limbah, Dedi menjelaskan, sisa-sisa pakan dicampur kotoran hewan dibuat kompos menjadi pupuk kandang. “Pendekatannya adalah pertanian organik, memanfaatkan limbah organik untuk meningkatkan produktivitas. Selain pupuk organik, ada pupuk hayati, trichoderma, dan pupuk organik cair dalam sistem bio kontrol,” sambung dia.
Dalam upaya mendukung pertanian organik, Dedi menyoroti pertanian organik harus mendapatkan insentif harga. Pelaku pertanian organik harus mendapatkan sertifikasi untuk mendapatkan insentif harga dalam produknya. Sosialisasi pentingnya pertanian organik juga diperlukan.
“Salah satu program organik adalah Eco enzim. Manfaatnya tidak hanya untuk pertanian tetapi juga untuk kesehatan dan aksesoris. Produk unggulan, seperti Eco enzim dan sabun kesehatan, diharapkan dapat membantu perekonomian,” papar Dedi.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala BPPSDMP didampingi oleh sejumlah pejabat, termasuk Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Ajat Jatnika, Kepala BBPMKP Ciawi Yusral Tahir, Ketua HKTI Kabupaten Kuningan Hanyen Tenggono, dan Wadir Satu PLH Direktur Polbangtan Bogor Rudi Hartono.
Ketua P4S Hijrah Farm, Mohammad Aban Samsana mengatakan di P4S terdapat 30 ekor sapi yang diternakan.
Namun, pada beberapa musim tertentu , Hijrah Farm membeli sapi di Jawa Timur sebelum Idul Fitri, dengan kapasitas kandang bisa memuat 500 ekor. Untuk kemudian kami gemukkan selama 5 bulan dan dijual pada saat Idul Adha,” terangnya.
Menanggapi itu, Dedi mengatakan, kadar konsentrat yang dibutuhkan untuk menggemukkan sapi sebanyak 16 persen. Sehingga harus betul-betul diperhatikan sumber proteinnya. “Bisa menggunakan ikan yang dijadikan tepung. Terkecuali ternak ruminansia yang harus menggunakan hijauan,” saran Dedi.
Di lain kesempatan, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Kuningan, Hanyen Tenggono, Ketua HKTI Kabupaten Kuningan mengapresiasi penerapan integrated farming di P4S Hijrah Farm.
“Ini bukan hanya inovatif dalam efisiensi pertanian, tetapi juga mendukung petani lokal. Semoga keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi petani di wilayah lain untuk mengadopsi praktik pertanian yang berkelanjutan,” ujar Hanyen.
Perlu diketahui, P4S Hijrah Farm yang beranggotakan lebih dari 29 kelompok ini menerapkan integrated farming dalam produksi sehari-hari.
Setiap kelompoknya terdiri dari kurang lebih 12 orang ini mengusahakan ternak sapi dan domba yang limbahnya kemudian hasil limbahnya digunakan untuk pemupukan lahan sawah. Sub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam sektor pertanian melalui penyediaan protein hewani (daging, telur dan susu) terutama dalam mendukung ketahanan pangan nasional. (Abel/hms)