banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
banner 728x250
Berita  

Reforma Agraria: Mendorong Kesejahteraan dan Regenerasi di Desa Wisata Bukit Sinyonya

Bingkaiwarta, PANDEGLANG – Reforma Agraria bukan hanya memberikan kepastian hukum atas tanah, tetapi juga menjadi katalisator peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di Desa Bandung, Kabupaten Pandeglang, semangat ini terwujud melalui keterlibatan aktif generasi muda dalam pengelolaan Desa Wisata Bukit Sinyonya, yang bahkan dinobatkan sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik pada Januari 2025.

Asep Adam (25), pengelola Bukit Sinyonya, menjelaskan bahwa desa ini sejak awal memiliki potensi ekonomi yang besar. Namun, potensi tersebut sulit berkembang optimal tanpa pemberdayaan melalui program Reforma Agraria. Program ini membuka ruang bagi masyarakat untuk mengelola potensi desa secara lebih produktif dan berkelanjutan.

banner 728x250

“Potensi sudah ada, tetapi tanpa pengelolaan yang baik dan regenerasi, keberlanjutan sulit dicapai. Dulu, ibu-ibu menganyam, tetapi sekarang sudah sepuh dan anak muda kurang berminat meneruskan. Dengan adanya desa wisata ini, ada harapan baru. Anak muda tertarik untuk terlibat,” ujar Asep saat ditemui di Bukit Sinyonya, Senin (22/09/2025).

Sejak diresmikan sebagai Kampung Reforma Agraria pada 2023, semangat dan kreativitas generasi muda semakin tumbuh. Pengrajin anyaman yang semula hanya membuat tas pandan sederhana kini berinovasi bersama anak muda, menghasilkan produk beragam seperti sepatu dan tas desain kekinian.

“Awalnya ibu-ibu hanya bisa membuat tas, tetapi dengan pelatihan dari anak muda, mereka memiliki inisiatif lebih. Kreativitasnya meningkat, sehingga nilai jual produk pun semakin tinggi,” jelas Asep, yang juga mahasiswa Prodi Pariwisata Universitas Terbuka Serang.

Selain inovasi produk, Bukit Sinyonya juga mengubah peran pengrajin. Mereka tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga menjadi instruktur. “Sekarang kami tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengajarkan keterampilan kepada masyarakat dan pengunjung,” tambah Asep.

Ani (52), seorang pengrajin, membenarkan bahwa menganyam telah menjadi bagian dari hidupnya dan sumber penghasilan. “Dulu, hidup kami hanya dari hutan ke rumah, menganyam. Sekarang, saya bisa membeli sepatu baru dari hasil menganyam,” tuturnya.

Hasil kerajinan anyaman juga membantu Ani memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan kualitas pendidikan. “Saya bisa menguliahkan anak juga dari hasil menganyam. Memang tidak sepenuhnya, tapi sedikit banyaknya dari sini,” ujarnya.

Masyarakat Desa Bandung melihat Reforma Agraria tidak hanya tentang kepemilikan tanah, tetapi juga tentang bagaimana mengelola tanah dan sumber daya secara berkelanjutan. “Kami juga berkolaborasi dengan universitas, pihak swasta, dan pemerintah daerah untuk terus mendukung dan meningkatkan desa wisata kami,” pungkas Ani. (Abel/hms)


banner 336x280
banner 336x280

Tinggalkan Balasan